Baru pada 2013 Giannis dan keluarganya mendapat kewarganegaraan Yunani. Mereka mengubah nama keluarga dari Adetokounbo menjadi nama Yunani, Antetokounmpo.

"Saya tidak akan mengatakan itu saat-saat yang berat. Saya juga tidak mengatakan ketika itu buruk karena memang sangat berat untuk kami," kenang Giannis dalam wawancara pada 2015.

Talenta serta kerja keras Giannis menarik perhatian dunia basket. Pada 2012, dia sempat hampir bergabung dengan klub asal Spanyol, Zaragoza. Tetapi Giannis memilih bersabar agar bisa masuk NBA.

Mimpinya terwujud satu tahun berselang. Giannis mendeklarasikan diri untuk masuk ke NBA Draft 2013. Beruntung, ada Milwaukee Bucks yang memilihnya sebagai pilihan ke-15.

Seperti kedua orang tuanya yang hijrah dari Nigeria ke Yunani, Giannis menginjakkan kaki di Amerika Serikat tanpa membawa apa pun. Praktis, hanya sepasang sepatu dan tas penuh mimpi yang dia bawa.

Giannis Antetokounmpo

Menariknya, bergabung dengan klub NBA tidak langsung mengubah peruntungannya. Giannis mengirimkan mayoritas gaji pada awal kariernya kepada keluarganya di Athena dengan menyisakan sebagian untuk kebutuhan hidup.

Hal tersebut membuat Giannis selalu berlari ke tempat latihan Bucks. Alasannya sederhana, dia tidak memiliki uang untuk sekadar naik kendaraan umum. Beruntung, ada teman setimnya yang memberikan tumpangan.

Masa-masa suram telah dilewati oleh Giannis. Dua gelar MVP NBA secara beruntun sudah dimenanginya. Selain itu, pebakset berusia 26 tahun tersebut juga menjadi salah satu atlet andalan Nike.

Terbaru, Giannis memanjangi perpanjangan kontrak berdurasi lima tahun dengan Bucks. Kontrak tersebut bernilai 228 juta dolar dan menjadikannya pebasket termahal di NBA saat ini.

Seperti Jason, Giannis awalnya hanya pemuda tanpa identitas. Namun, berkat petualangan yang dia lalui beserta berbagai rintangannya, kini dia membawa pulang Bulu Domba Emas. Giannis membuktikan hasil kerja kerasnya terbayar lunas.