Timnas Italia

Puncaknya pada Piala Dunia 1934, ketika timnas Italia menjadi juara di rumah sendiri. Didorong ancaman Diktator Benito Mussolini, Vittorio Pozzo memimpin Gli Azzurri menjadi juara.

Dua tahun kemudian, Vittorio Pozzo kembali mempersembahkan gelar pada Olimpiade 1936. Prestasi yang sama diulangi Pozzo saat memimpin timnas Italia pada Piala Dunia 1938.

Menilik permainan timnas Italia semasa ditangani Vittorio Pozzo, sedikitnya ada dua kunci sukses. Pertama adalah sistem metodo yang dianggap modern, lalu penggunaan Oriundi (pemain asing).

Pada 1930an, formasi yang kerap digunakan dalam sepak bola adalah pyramid of Cambridge (2-3-5) yang diperkenalkan oleh Blackburn. Selain itu, variasi WM gubahan manajer Arsenal, Herbert Chapman.

Tidak puas dengan dua skema tersebut, Vittorio Pozzo memberlakukan posisi bek sayap yang terinspirasi dari yang dia pelajari selama di Kota Manchester. Posisi keduanya berada sedikit di depan dua bek tengah.

Hasilnya, terdapat dua posisi baru saat ini, bek sayap dan gelandang bertahan. Skema metodo Vittorio Pozzo ini lah yang nantinya menjadi cikal bakal formasi 4-3-3 modern.

Lalu, penggunaan Oriundi tadinya sempat ditentang oleh publik Italia. Mereka menganggap Vittorio Pozzo tidak nasionalis saat memanggil gelandang kelahiran Argentina, Luis Monti.

Timnas Italia

Meski demikian, Vittorio Pozzo membandingkan pemanggilan Oriundi ke timnas Italia dengan adanya mereka di militer. Pozzo menganggap, kalau Oriundi wajib masuk militer, mereka boleh saja membela Gli Azzurri.

Bukan hanya Luis Monti, sejumlah Oriundi lain dipanggil ke timnas Italia oleh Vittorio Pozzo. Sebut saja Raimundo Orsi asal Argentina atau gelandang Uruguay, Michele Andreolo.

Vittorio Pozzo juga menjadi pelopor pemusatan latihan sebelum turnamen berlangsung. Hasilnya, timnas Italia arahan Pozzo sukses meraih sembilan kemenangan beruntun.

Catatan tersebut merupakan rekor timnas Italia yang bertahan selama hampir satu abad. Sebelum akhirnya dipecahkan oleh pelatih Gli Azzurri saat ini, Roberto Mancini.

Setelah mundur sebagai pelatih timnas Italia pada 1948, Vittorio Pozzo alih profesi. Memanfaatkan pendidikannya di bidang bahasa, Pozzo memulai karier sebagai jurnalis di La Stampa.

Vitorrio Pozzo meninggal dunia pada 1968. Timnas Italia memberikan kenangan manis untuk Pozzo karena beberapa bulan sebelum meninggal memenangi Piala Eropa 1968 di kandang sendiri.