Susy mengaku tekanan dan persiapan membuatnya fokus meraih kemenangan. Mengenai kekalahan di gim pertama pada final melawan Bang Soo-hyun, dia membeberkan alasannya.

"Di final saya termasuk tegang ya, karena set pertama kalah. Saya ikut permainan lawan. Set kedua, saya coba balik ke permainan sendiri, saya bisa lewat," ungkap Susy.

"Set ketiga ya, buat saya kalau lawan Bang Soo-hyun, set ketiga saya pede lah. Saya merasa fisik saya lebih kuat dan tidak pernah kalah kalau rubber set sama dia," Susy menambahkan.

Wanita bernama lengkap Lucia Francisca Susanti Haditono itu juga menjabarkan keunggulannya sebagai pemain. Susy menilai, ada beberapa gerakan yang memang menjadi ciri khasnya.

"Ada beberapa gerakan yang sampai sekarang tak ada yang punya. Dari split, gaya saya juga seperti penari. Istilahnya ulet, main saya kan rally, jadi lebih indah, enak dilihat, atraktif juga," tuturnya ramah.

Susy Susanti

"Mungkin saya juga punya kelincahan kaki yang beda dengan orang lain. Penguasaan lapang juga ulet, tidak gampang mati. Kalau saya main lawan takut duluan, takut capek."

"Gaya main saya kalau sekarang seperti Akane atau Nozomi. Dulu contohnya Camila Martin dari Denmark. Begitu ketemu saya, mereka malas dulu. Tiga poin, reli saya tak bisa mati, mereka malas," imbuhnya.

Setelah pensiun, kini Susy menjabat sebagai Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabid Binpres) PBSI. Istri Alan Budikusuma itu mengaku akan menjadikan pengalamannya untuk membantu Indonesia kembali berprestasi.

"Saya main bulu tangkis karena keluarga besar, terutama mama papa hobi. Papa melihat saya punya bakat dan kemauan, saya orangnya tidak mau kalah," kata Susy.

"Saat ini saya membuat rencana seperti ketika dulu saya menjadi juara. Persiapannya cukup panjang dan tidak bisa sebentar," Susy menambahkan.

Susy Susanti sempat lama menjadi satu-satunya atlet Indonesia yang memenangi medali emas Olimpiade, sebelum Liliyana Natsir pada 2016. Keduanya memiliki kesamaan, bakat alami dan semangat pantang menyerah.