Gagal Tampil di Piala Dunia 1978

Maradona menghabiskan lima tahun di Argentinos Juniors. Dia mencetak 115 gol dalam 167 penampilan, hampir semua gol itu dicetaknya saat remaja. Perjalanan karier Maradona di Argentinos Juniors berjalan cepat. Bahkan dalam otobiografinya, ia menggambarkannya "terlalu cepat". Maradona menilai cepatnya dia mengenal ketenaran itulah yang membuatnya bermasalah di akhir kariernya.

Musim pertamanya bersama tim utama, Maradona 11 kali tampil. Dia mencetak dua gol saat melawan San Lorenzo hanya dua pekan setelah ulang tahunnya yang ke-16. Maradona melakoni debut dengan tim nasional di awal 1977. Pencapaian luar biasa mengingat dia baru bermain 11 kali bersama Argentinos Juniors.

Sejalan dengan meroketnya kariernya, Maradona merasakan kekecewaan besar pertamanya saat tidak masuk skuat timnas untuk Piala Dunia 1978 yang digelar di Argentina. Tetapi kekecewaan itu kemudian dipakainya menjadi alat motivasi. Dia menyadari bahwa kemarahan adalah bahan bakar buatnya.

Maradona melampiaskan kekecewaanya dengan tampil luar biasa bersama Argentinos. Beberapa hari setelah memgetahui dirinya tidak masuk skuat timnas, Maradona menjadi bintang saat Argentino Juniors menang telak 5-0 atas Chacarita. Pada laga itu Maradona mencetak dua gol dan dua assist.

Dengan Maradona yang didorong amarah, performa Argentino meningkat dan mampu melesat ke urutan kelima di Metropolitano pada 1978. Maradona juga menjadi pencetak gol terbanyak dengan 22 gol. Pencapaian yang membuat Maradona dilirik pelatih timnas junior, Cesar Luis Menotti, yang sedang mempersiapkan tim untuk Kejuaraan Dunia Junior 1979. Tim yang kemudian menjadi fondasi timnas Piala Dunia 1982, turnamen yang membuat mata dunia mengenal Maradona.

Sesaat sebelum tampil di Piala Dunia 1982, Argentinos Juniors menegaskan Maradona tidak akan pernah dilepas kepada klub manapun di dunia. Namun pernyataan ini justru memunculkan pertanyaan, bagaimana sebuah klub kemampuan terbatas bisa membayar Maradona untuk bertahan. Apalagi mengingat tawaran secara teratur mengalir datang.

Pada saat itulah Austral, sebuah maskapai penerbangan domestik masuk untuk menjadi sponsor Argentinos. Hal ini meningkatkan pemasukan yang cukup untuk menjaga Maradona, setidaknya untuk jangka pendek. Tanpa adanya Astral, kisah Argentinos Juniors dan Maradona akan menjadi jauh lebih pendek.

Di kompetisi 1979, Maradona mencetak 22 gol dan kembali menjadi pencetak gol terbanyak. Argentinos sendiri menempati posisi kedua bersama Velez Sarsfield. Mereka harus memainkan playoff untuk menentukan peringkat. Namun pada laga menentukan itu Maradona hanya bisa menyaksikan timnya kalah 0-4 dari bangku penonton karena harus menjalani hukuman.

Setahun kemudian Argentinos finis di peringkat kedua. Bagi klub seperti mereka bisa berada di urutan kedua dalam kejuaraan nasional adalah prestasi luar biasa dan semua itu berkat superstar remaja mereka. Pada 1980, Maradona sudah mencetak 100 gol, ketika ia masih berusia 19 tahun.

Awal 1981, petualangan Maradona di Argentinos Juniors hampir berakhir. River Plate sudah membuat tawaran yang menggiurkan. Tidak hanya itu godaan bisa bermain bersama bintang timnas Argentina seperti Ubaldo Fillol, Daniel Passarella, dan Americo Gallego membuat peluang River mendapatkan Maradona makin besar. Jika Maradona bergabung, River akan menjadi sebuah klub superior yang mendominasi kancah domestik.

Selain River ada Boca Juniors, klub yang ada dalam kesulitan keuangan dan performa buruk. Maradona sendiri mulai dikenal sebagai sosok yang menyukai tantangan. Dia menyukai melawan ketidakseimbangan, kesulitan justru membuatnya gemilang. Karena itu juga mengapa di beberapa tahun berikut Maradona lebih suka bermain di Napoli daripada Barcelona.

Proses kepergian Maradona dari Argentinos terbilang panas. Hal ini karena sebelumnya sudah tersiar kabar bahwa Maradona akan bergabung dengan Boca. Dalam otobiografinya, Maradona menerangkan kabar itu disebarkan oleh agennya sendiri agar Boca bergerak cepat. Tidak heran saat laga Argentinos melawan River, Maradona, yang dinilai sudah menolak River, mendapat sambutan panas, publik menghujani Maradona dengan hinaan dan cacian.

Bagi Argentinos Juniors, ditinggal pemain seperti Maradona tentu saja kehilangan besar. Jadi wajar jika akan muncul perasaaan benci dari suporter kepada sang pemain di masa depan. Namun klub yang berjasa membesarkan rela melepaskan sang bintang pergi. Mereka menilai Maradona sudah terlalu besar bagi klub seperti Argentinos. Bagaimanapun Maradona sudah mengangkat pamor klub.

Satu hal yang pasti, dunia mengetahui di Argentinos Juniorslah Maradona mengawali segalanya. Lima tahun di klub ini yang membuat Maradona menjadi legenda seperti saat ini. Lima tahun yang mengubah hidup seorang Maradona.