Selanjutnya, sepak bola pribumi pun kian mentereng. Hal itu tidak terlepas dari pengaruh politik, di mana Belanda menyerah kepada Jepang.

NIVB akhirnya bubar setelah Belanda menyerah kepada Jepang. Klub-klub Hindia Belanda ada yang memilih bubar, ada pula yang bergabung di bawah naungan klub besar PSSI (Persija Jakarta, Persib Bandung, PSM Makassar, Persis Solo, hingga PSIM Yogyakarta)

Di saat zaman penjajahan Jepang, seluruh klub berubah nama menjadi Persatuan Olah Raga Indonesia (PORI), sesuai daerahnya masing-masing. Namun, kompetisi Perserikatan masih berjalan.

"Tahun 1942 kegiatan olah raga seizin Jepang. Sebenernya sepak bola masih ada. Namun, atas penguasaan Jepang. Sesudah kemerdekaan, baru di tahun 1948, sepak bola ada lagi, Persib ada laga melawan Persija ketika itu," ungkap Wartawan Senior Sekaligus Penulis Buku, Endan Suhendra, kepada BolaSkor.com.

Jepang akhirnya menyerah kepada sekutu. Hal ini tentu berpengaruh terhadap sepak bola Indonesia. Sepak bola Indonesia secara keseluruhan hidup kembali.

Namun, PSSI kembali mengalami masa cobaan saat agresi militer Belanda I dan II tahun 1947-1948. Banyak klub Belanda yang menggunakan nama Indonesia. Hal ini dilakukan untuk menyamar agar disangka klub pribumi.Contohnya, ada PSBS (Persatuan Sepak Bola Bandung dan Sekitarnya).

Namun, klub-klub tersebut akhirnya bubar seiring dengan Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia secara de facto dan de jure. PSSI pun akhirnya masuk ke dalam anggota FIFA pada tahun 1952. Dua tahun kemudian, PSSI masuk ke dalam anggota AFC.

View this post on Instagram

A post shared by Bolaskor.com (@bolaskorcom)