Meski terjebak di dunia malam Kota Paris, Villaplane tidak lantas melupakan tanggung jawab sebagai pesepak bola. Performanya membuat Villaplane ditunjuk menjadi kapten timnas Prancis pada Piala Dunia 1930 di Uruguay.

Estadio Pocitos di Montevideo, Uruguay, menjadi saksi kehebatan Villaplane sebagai pesepak bola. Di hadapan 4.444 penonton yang kebanyakan mendukung Meksiko, Villaplane yang kala itu berusia 24 tahun memimpin timnas Prancis meraih kemenangan 4-1.

Alexandre Villaplane

Banyak yang menilai Villaplane merupakan aset masa depan sepak bola Prancis setelah Piala Dunia 1930. Sayang, prediksi tersebut melenceng jauh karena kariernya justru menukik tajam ketika pagelaran tersebut berakhir.

Indisipliner, mabuk, wanita, dan judi menghancurkan karier pria yang sebelumnya menjadi idola di Prancis itu. Bahkan, menurut gosip yang beredar, Villaplane telah menjadi anggota dari organisasi kriminal di Paris kala itu.

Nasib Villaplane pun terjun bebas hingga tidak ada lagi klub yang menginginkan jasanya. Kariernya terselamatkan setelah OGC Nice bersedia merekrut pria yang dianggap pesepak bola terbaik di Prancis kala itu.

Sayangnya Villaplane kembali menyiakan hal tersebut setelah berkali-kali mangkir latihan. Seringkali dia bermain malas-malasan di atas lapangan dan tidak bersemangat sehingga Nice memutuskan untuk melepasnya.

Kejadian yang sama terjadi saat Villaplane bergabung dengan Bastidienne de Bordeaux. Klub itu hanya tiga bulan tahan dengan sikap Villaplane sebelum memecatnya. Karier Villaplane sebagai pesepak bola pun berakhir pada 1935, ketika baru berusia 29 tahun.

Selepas itu, nama Villaplane lebih dekat dengan dunia kriminal. Dia terlibat dalam sindikat judi dan pengaturan skor pertandingan olahraga, bahkan berkali-kali mendekam di bui akibat perbuatannya.

Alexandre Villaplane bersama timnya

Kehidupan Villaplane semakin suram pada Juni 1940, tepatnya kala tentara Nazi. Sumber pendapatannya pun terpaksa tutup dan dia harus mencari cara untuk tetap mendapatkan uang.

Oleh sebab itu, mantan kapten timnas Prancis pada Piala Dunia 1930 itu pun mengambil jalan pintas. Villaplane bergabung dengan Nazi melalui kriminal kelas kakap asal Prancis, Henri Lafont.

Bersama Lafont, Villaplane memilih mengkhianati negaranya. Dia seolah lupa kalimat yang dia ucapkan ketika ditunjuk menjadi kapten timnas Prancis 10 tahun sebelumnya.

Perilaku keji dilakukan Villaplane selama bekerja untuk Nazi. Menurut buku Tu Trahiras Sans Vergogn karangan Philippe Aziz (1970), Villaplane memeras keluarga Yahudi di Paris dengan janji tidak akan memberitahu lokasi mereka kepada Nazi.

Pada kenyataanya, Villaplane tetap melaporkan lokasi mereka kepada Nazi meski banyak keluarga yang telah membayar uang tutup mulut. Ribuan nyawa menjadi korban kelicikan Villaplane.

Prancis berhasil membebaskan diri dari Nazi pada 25 Agustus 1944. Saat itu, pemerintah berhasil mengusir tentara Jerman dari negaranya dan menangkap sekutu Nazi yang mengkhianati mereka, termasuk Villaplane.

Villaplane ditangkap sebagai penjahat perang dan diadili pada pengadilan militer. Prestasinya sebelum perang seolah terlupakan, termasuk ketika memimpin timnas Prancis pada Piala Dunia 1930.

Letupan senapan satu per satu mulai berbunyi nyaring. Dengan mata tertutup, Alexandre Villaplane menjemput maut sebagai penjahat perang ketika salah satu timah panas menerjang tubuhnya.

Boxing Day 1944 mencatatkan sejarah pahit untuk sepak bola Prancis. Pada 26 Desember 1944, mantan kapten sekaligus pahlawan timnas Prancis pada Piala Dunia 1930 menghembuskan nafas terakhir.

Sayangnya, Alexandre Villaplane meninggal dunia dalam kondisi hina. Akibat menukar seragam biru Les Bleus dengan kostum hitam milik SS Obersturmfurher, Villaplane mati dengan status penjahat perang.