Timnas Indonesia Memang Kalah Permainan dari Singapura

Pasti netizen Indonesia menjawab "Kan pemain Timnas sudah lama bersama dari tahun 2017, jadi tidak perlu persiapan lebih panjang lagi dong?"

Secara materi pemain, Timnas Indonesia Piala AFF 2018 memang mayoritas para pemain di Asian Games 2018. Bahkan dari SEA Games 2017 yang dihuni para pemain U-23.

Namun dalam sepak bola, tentu saja persiapan sangat perlu dilakukan. Apabila diketahui bahwa Timnas Indonesia Piala AFF 2018 dihuni juga beberapa nama senior yang baru bergabung. Chemistry tidak bisa dibangun sekejap seperti membalikkan telapak tangan.

Ditambah lagi, secara permainan Timnas Indonesia kalah dari Singapura. Tim asuhan Fandi Ahmad bermain high pressing sangat baik, mematikan Evan Dimas sebagai motor serangan, Stefano Lilipaly jembatan lini tengah ke Beto Goncalves, dan pergerakan Irfan Jaya-Febri Hariyadi di sayap.

Nyaris tanpa celah Singapura bermain. Mereka sudah menggelar pesiapan matang selama 6 bulan terakhir, dan tentunya menggelar pemusatan latihan di Jerman. Kembali lagi, netizen harus memahami ini.

Strategi bermain memang kita kalah. Akan tetapi, bukan menghujat Bima Sakti, PSSI, dan pemain Timnas Indonesia sebagai solusi. Justru memberikan motivasi semangat.

Bima Sakti pun mengakui bahwa dirinya bertanggung jawab atas kekalahan ini. Jadi, berikan Bima Sakti kesempatan terlebih dahulu sampai tiga pertandingan sisa di babak penyisihan Grup B Piala AFF 2018.

"Saya tanggung jawab. Ini pekerjaan rumah buat saya. Bagaimana bisa membangkitkan mental. Saya sudah mengingatkan mereka (Timnas Indonesia) di latihan, ini partai pertama dan tekanan sangat berat," ujar Bima Sakti.

Febri Hariyadi (kanan) saat berebut bola dengan pemain Singapura. (Twitter Piala AFF 2018)

Jangan Menang Dipuji, Kalah Dinyinyir

Masyarakat Indonesia khususnya netizen harus memberikan suntikan motivasi kepada Timnas Indonesia, guna bangkit saat hadapi Timor Leste (13 November di Stadion Utama Gelora Bung Karno), Thailand (17 November di Stadion Rajamangala), dan Filipina (25 November di Stadion Utama Gelora Bung Karno).

Bagaimana pun membangun sepak bola butuh sebuah kritik pedas dari masyarakat. Tetapi tentunya kritik membangun, bukan menghujat. Pahlawan bangsa di lapangan hijau butuh suntikan semangat agar mental mereka tidak turun. Bukan sebuah hujan hujatan yang bisa membuat mereka bermental tempe.

Jika Timnas Indonesia meraih kemenangan, bukan langkah tepat memuji setinggi langit. Pujian tetap ada, namun berikan masukan bahwa di atas langit masih ada langit. Teruslah belajar tuntut ilmu sampai ke Negeri China. Begitu pepatah bilang.

Kesempatan Timnas Indonesia melangkah ke semifinal bahkan final Piala AFF 2018 masih terbuka lebar. Jadi para netizen, gunakan media sosial dengan baik.