Berawal dari Medali Premier League dan Pujian Mourinho

Dua gol dan dua assists dari total 10 laga bersama Chelsea, tak cukup memuaskan Mourinho mengenai performa Salah. Ia pun dipinjamkan ke Fiorentina per Januari 2015 hingga akhir musim 2014/15. Di musim yang sama, Chelsea menjuarai Premier League.

Mourinho pun tak lupa memberikan medali kepada pemain-pemain Chelsea yang "terbuang" laiknya Andre Schurrle, Salah, Mark Schwarzer, dan Lewis Baker. Mereka dilego ke klub lain, namun sempat bermain untuk tim.

"Tidak semua di antara mereka yang akan menerima medali resmi. Tapi, ya, kami akan membelikan mereka medali. Schurrle, Salah, Schwarzer, Lewis Barker ... semua di antara mereka yang memulai musim dengan kami. Mereka diundang di pertandingan terakhir dan makan malam acara penganugerahan Player of the Year. Mereka pantas bersama kami," tutur Mourinho kala itu.

Salah pun menjalani musim berikutnya sebagai pemain pinjaman Roma sebelum kontraknya dipermanenkan tahun 2016. Sejak saat itu, belajar dari kegagalannya di Inggris, Salah hanya menuju satu arah: meranjak naik dan terus berkembang. Permainannya terus berkembang pesat hingga Liverpool membelinya di awal musim panas ini.

Potensi bermain Salah semakin berkembang karena gaya bermainnya sesuai dengan filosofi "Heavy Metal" Jurgen Klopp. Liverpool bermain ofensif, cepat, dan menjadikan Salah sebagai ujung tombak dengan kemampuannya berlari kencang melewati lawan. Dari satu laga ke laga berikutnya, Salah terus menjaga konsistensinya bermain di level top Eropa.

Performa gemilangnya saat ini, tidak luput dari pengamatan Mourinho, yang memberikan pujian kepadanya. The Special One memberikan komentar kepadanya yang sangat Mourinho sekali. Tipikal dirinya.

"Saya tidak terkejut dengan performa Salah musim ini. Saya sudah menyadari kemampuan hebatnya ketika dia bersama saya di Chelsea. Dia berkembang sejak bermain di Italia, menjadi lebih dewasa dan berkembang secara fisik. Pemain butuh waktu beradaptasi dengan tim barunya. Beberapa di antara mereka menetap dan beberapa pemain lainnya lebih ingin pindah ke klub lain. Ini normal di sepak bola," papar Mourinho.

Kini, Mourinho kembali akan dihadapkan dengan mantan pemain yang secara tidak sengaja, terbentuk sebagai monster, momok bagi gawang lawan, ketika Manchester United menjamu Liverpool di pekan 30 Premier League di Old Trafford.

Salah, dalam hati kecilnya, mungkin berterima kasih kepada Mourinho yang sudah mengasah mental dan mengembangkan permainannya ke tingkatan yang lebih tinggi, melalui kegagalan pertamanya di Inggris. Ia mengaku tidak menaruh dendam kepada Mourinho. Hubungannya dengan Mourinho hanya sebatas profesionalisme semata.

"Kami pernah berbicara di Chelsea ketika saya pertama kembali dari masa pinjaman di Fiorentina. Kami juga berbicara selepas laga melawan Manchester United musim ini dan punya hubungan yang baik," imbuh Salah.

"Kami tidak banyak berbicara, tapi ini tak jadi masalah. Tiga tahun lalu saya tidak banyak bermain, tapi semenjak hari itu di Inggris, saya ingin menunjukkan apa yang bisa saya lakukan. Saya pikir saya melakukannya dengan baik saat ini," lanjutnya. Bukan baik saja, Salah, bahkan sangat baik.

Menarik untuk dinanti. Apakah Mourinho dengan pendekatannya yang sangat super hati-hati dan detail kepada satu laga, bisa mematikan lini depan mematikan Liverpool, atau justru, Liverpool yang menjadikan mimpi jadi nyata di Teater Impian.