Ya, Bob telah berpulang. Urat nadi atletik Indonesia itu tutup usia, Selasa (31/3) di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta. Bob berjuang melawan kanker paru-paru.

Duka mendalam sangat dirasakan atlet lompat Indonesia, Maria Londa. Bagi Maria, Bob merupakan sosok penting yang membuatnya bisa seperti saat ini.

“Dari Maria belum menjadi apa-apa sampai sekarang jadi juara. Lalu dari jatuh sampai bangkit lagi itu dibantu bapak. Bahkan segala pengobatan, keluhan, baik di lapangan atau tidak itu yang support bapak dan keluarganya. Jadi saya berterimakasih banget," ujar Maria.

Dalam kenangannya, Maria teringat pesan Bob. Menjadi juara bukan hal yang ditekankan Bob kepada para atlet.

“Yang saya ingat itu pesan bapak, 'Kamu tidak juara tidak apa, yang penting sehat'. Jadi yang utama atletnya sehat dulu, juara atau tidak bukan masalah,” tutur Maria.

Dalam dua event besar terakhir, prestasi atletik Indonesia terbilang surut. Pada Asian Games 2018, Indonesia hanya merebut dua medali perak dan satu perunggu. Sementara pada SEA Games 2019, Indonesia menempati peringkat kelima dengan lima medali emas, enam medali perak, dan lima medali perunggu.

Dalam kepemimpinan Bob, prestasi atletik Indonesia memang tidak pernah meroket. Namun, perannya dalam membina atlet Tanah Air tidak bisa ditepikan.

Tak banyak sosok yang memiliki dedikasi seperti Bob yang mau puluhan tahun membina olahraga kurang populer di Indonesia.

Beban Bob memajukan atletik Indonesia kini telah lepas. Tugas selanjutnya adalah menjaga PASI tetap berdetak.

Atletik boleh kurang diminati di Indonesia, tetapi cabang ini merupakan yang paling bergengsi di setiap multievent. Para atlet Indonesia kini memiliki kewajiban menjaga semangat dan gairah yang sudah dipupuk Bob. Dengan hadirnya prestasi, tentu kenangan akan Bob Hasan tidak akan pernah pudar.