Gianluca Di Marzio

Tidak lengkap rasanya jika membicarakan Gianluca Di Marzio, tetapi tidak menyinggung kehebatan sang pakar di lantai bursa Transfer. Gianluca Di Marzio seolah-olah memiliki mata di mana-mana. Bahkan, pada beberapa transfer, ia mendapatkan foto eksklusif di tempat yang sulit dijamah: Hotel, pesawat, bandara, atau markas klub.

Menurutnya, satu di antara transfer paling berkesan adalah ketika ia mengumumkan Pep Guardiola akan menjadi juru taktik Bayern Munchen. Pada saat itu, tidak ada banyak pihak yang percaya FC Hollywood adalah destinasi Guardiola berikutnya.

"Itu adalah kisah kepindahan yang paling saya ingat. Saya menyampaikan kabar sejak Maret jika Guardiola akan hengkang ke Bayern. Itu menciptakan kehebohan di media," ungkap Di Marzio.

"Jupp Heynckes membuat Bayern berada di jalur treble dan klub dipaksa untuk menyangkal rumor dengan mengeluarkan pernyataan resmi. Akan tetapi, setelah 48 jam, kami memaksa mereka mengumumkan Guardiola telah bergabung."

Di Marzio selalu berpegang teguh pada apa yang ia yakini sebagai kebenaran. Baginya, tidak ada kata mundur untuk mewartakan kabar meski menghadapi banyak rintangan.

"Itu adalah perang. Berita disebarkan dalam skala besar dan tidak dapat ditepis lagi. Banyak wartawan yang tidak percaya kepada saya kemudian meminta maaf. Itu adalah pertama kali saya diakui di panggung internasional," urainya.

Selain itu, Gianluca Di Marzio merupakan satu di antara orang pertama yang memberikan sinyal Alisson akan merapat ke Liverpool. Pada kenyataannya, ucapan sang pakar pun terbukti tepat.

Gianluca Di Marzio bersama petinggi Inter Milan

Pertanyaan yang mencuat setelah mengetahui kehebatan Di Marzio adalah dari mana asal informasi terpecaya tersebut. Jawabannya beragam, tidak jarang, pria 45 tahun itu mendapatkan informasi dari orang tak dikenal.

"Seorang pengunjung sebuah restoran di London mengirimkan pesan kepada saya pukul 04.00 pagi yang berisi jika ia telah melihat Giuseppe Marotta, Fabio Paratici, Carlos Tevez, dan agennya bertemu. Kemudian, saya memeriksanya dan mengetahui itu bukan isapan jempol," tutur Di Marzio.

"Tahun lalu, ada pria mengirimkan pesan kepada saya CR7 berada di Milan. Dia mengaku mendengar Massimiliano Mirabelli berbicara di telepon dengan Jorge Mendes. Ada banyak 'orang dalam' di jejaring sosial. Mereka membantu Anda, namun juga bisa mempersulitnya," timpalnya.

Selain dari narasumber tak terduga, Gianluca Di Marzio juga acap kali menerima bisikan dari pihak klub. Tentunya, ada beberapa perjanjian yang tidak bisa dilanggar Di Marzio.

"Pada Juni, saya mendapatkan gambar Darijo Srna sedang makan di Cagliari. Saya hanya diminta untuk tidak menyebutkan nama restoran. Saya senang dianggap sebagai satu di antara teman terpercaya."

"Terkadang, mereka akan meminta Anda menunda atau tidak mengumumkan sesuatu untuk menghindari hal buruk. Terutama, ketika negosiasi baru dimulai," papar Di Marzio.

Selain tantangan mencari informasi akurat, Gianluca Di Marzio juga menghadapi masalah lain. Ya, Gianluca Di Marzio sulit lepas dari telepon genggam pada saat bursa transfer bergulir. Bahkan, ketika dalam penerbangan pun Di Marzio gelisah karena tidak mendapatkan WiFi.

Di Marzio mengaku, memiliki 6.000 kontak dalam telepon genggamnya. Biasanya, ia akan mengirim pesan berantai kepada informan untuk menanyakan kabar terbaru seputar bursa transfer.

Gianluca Di Marzio

"Whatsapp adalah hal mendasar. Kami mengobrol dengan semua kolega di Milan yang mengirimkan informasi atau konfirmasi secara langsung. Ini adalah soal mendapatkan informasi terbaru," umbar Di Marzio.

Gianluca Di Marzio sadar betul bursa transfer di Italia berbeda dengan negara lainnya. Terutama, pada saat memasuki Deadline Day. Di Marzio mengutarakan, pernah mendapatkan pesan dari Paratici yang menilai bursa transfer terkadang lebih gegap gempita daripada sebuah pertandingan.

"Hari batas waktu transfer di Italia seperti acara Big Brother. Tontonan besar pada jendela transfer. Itu hanya akan terjadi di Italia. Itu adalah tradisi di mana perwakilan klub memiliki janji bertemu pada satu hotel tertentu."

Sang pembawa kabar sadar tidak bisa selamanya berprofesi sebagai jurnalis. Terkait masa depannya, Di Marzio memilih mengambil opsi sebagai direktur olahraga daripada agen pemain.

Menurut Di Marzio, menjadi direktur olahraga klub akan membuatnya memiliki tanggung jawab membangun tim. Selain itu, ia juga punya tugas menjaga hubungan dengan pelatih, pemain, bahkan pers.

Setelah panjang lebar menuturkan perjalanan karier Di Marzio, memang tidak keliru ESPN edisi 2015 menempatkannya pada posisi ke-39 pada daftar orang paling berpengaruh di sepak bola, bersama legenda-legenda seperti Pele, Philippe Blatter, dan Arsene Wenger.

Di Marzio adalah perpanjangan tangan dari suporter di seluruh dunia yang haus akan informasi klub kesayangan.

Konon, ketika Gianluca Di Marzio sudah bersabda, niscaya kabar tersebut akan menjadi nyata.