Warisan Luis Milla (3)
Tak hanya membuat jati diri permainan Timnas yang sangat atraktif menyerang dengan penguasaan bola, Luis Milla juga membantu menerapkan sebuah filosofi sepak bola Indonesia (Filanesia).
Filanesia adalah pondasi permainan sepak bola Indonesia. Filanesia diterapkan untuk membentuk karakter permainan sepak bola Indonesia . Satu visi dan misi yang diterapkan dari jenjang amatir hingga profesional.
Sekolah Sepak Bola (SSB), pelatih, hingga pemain akan menerapkan filanesia untuk membangun karakter permainan sepak bola Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke menerapkan filanesia untuk membentuk jati diri permainan sepak bola Indonesia.
Luis Milla membantu menuangkan ide dalam merumuskan maha karya sepak bola Indonesia tersebut. Di bawah komando Direktur Teknik PSSI Danurwindo.
Jejang dari sporting (pengembangan usia muda) menjadi sasaran utama. Di mana umur 6-9 tahun masuk ke dalam fase pengenalanan sepak bola. Umur 10-13 tahun masuk ke dalam fase pembelajaran skill dan teknik. Umur 17 tahun sudah masuk ke dalam fase permainan.
Medali Emas Timnas Itu Bernama Luis Milla
Kini, Luis Milla masih menunggu apakah kontraknya diperpanjang oleh PSSI atau tidak, usai Asian Games 2018. Pasalnya, target empat besar meleset, kontraknya pun telah berakhir pada akhir Agustus ini.
Namun, jika melihat apa yang sudah ditularkan Luis Milla, seharusnya PSSI mempertahankan pelatih asal Spanyol itu. Tidak mudah mengubah permainan sepak bola Indonesia lebih maju dalam waktu 1,5 tahun.
Sepak bola Indonesia itu butuh proses. Infrastuktur, penerapan filaneseia, hingga permainan Timnas yang berunjung ke prestasi. Luis Milla sudah memberikan yang terbaik untuk sepak bola Indonesia.
Jadi wajar, medali emas yang diraih Timnas U-23 kali ini bukan berbentuk bulat lapisan emas. Medali emas Timnas U-23 itu bernama Luis Milla.
"Saya melihat setelah 1,5 tahun, kami sudah mendekat ke negara-negara yang level sebelumnya jauh dari kita," kata Luis Milla.
Gracias Luis Milla !