Kemampuan teknis serta kepribadian yang kuat itu juga yang membuat Guendouzi selalu impresif di semua level yang pernah dilakoninya. Tidak heran jika Sylvain Ripoli, pelatih Lorient pada 2016/17 memutuskan mempromosikan Guendouzi yang sebelumnya tampil bersama tim B di kasta keempat liga Prancis.

Sayang, Ripoli kemudian dipecat dan Lorient dilatih oleh Bernard Casoni, pelatih yang dikenal menyukai permainan bertahan. Casoni tidak menyukai cara bermain Guendouzi. Di sisi lain Guendouz tidak menyukai cara bermain Casoni.

Beruntung bagi Guendouzi, masa tugas Casoni tidak berlangsung lama. Pada musim panas 2017, Lorient menunjuk Mickael Landreau sebagai pelatih. Di bawah Landreau, penampilan Guendouzi meningkat pesat. Pada Desember 2017, Manchester City dan Tottenham Hotspur disebut rajin memantau perkembangannya.

Namun, di saat nama Guendouzi mulai diminati, masalah muncul. Lorient membekukan Guendouzi dari skuat setelah dia menolak memperpanjang kontrak. Pertikaian dengan Landreau membuat masalah makin besar.

Berkat campur tangan langsung dari Loic Fery, presiden Lorient, Guendouzi kembali bergabung dengan skuat utama. Namun, Atmosfer di dalam tim sudah tidak kondusif. Suporter Lorient pun cemas mereka bakal kehilangan pemain yang diharapkan bisa mengembalikan Lorient ke Ligue 1.

Akhirnya Lorient memutuskan menerima pinangan Arsenal senilai 7 juta pound. Harga yang terbilang tinggi bagi pemain Ligue 2.

Setelah bergabung dengan The Gunners, banyak yang meragukan Guendouzi yang dinilai akan kesulitan dengan permainan fisik Premier League.

"Secara teknis dia memiliki kemampuan tinggi. Namun dalam hal kekuatan fisik, dia akan kesulitan bersaing mendapatkan tempat di skuat utama," ujar Huchet.

Hingga saat ini, Guendouzi bisa menjawab keraguan. Namun, kompetisi masih pagi. Terlalu dini untuk mengatakan Guendouzi bakal bersinar. Di sisi lain, usia ada di sisi Guendouzi. Ibarat berlian mentah, masih banyak waktu untuk mengasahnya menjadi berkilau.