Pada 1951, Geoff Duke asal Inggris Raya keluar sebagai juara dunia setelah absen dalam dua balapan awal. Saat itu, Duke mengumpulkan total 35 poin.

Menariknya, runner up pada edisi tersebut, Alfredo Milani, lebih hebat lagi. Milani tidak mendapat poin dalam tiga seri perdana dan masih menjadi runner up.

Sementara tahun berikutnya, giliran Umberto Masetti yang mengikuti jejak Duke. Tak hanya dalam dua balapan perdana, total Masetti empat kali tidak mendapatkan poin balapan.

Torehan tersebut tentu kabar buruk untuk Marquez, apalagi karena seri saat itu tidak memberikan poin yang banyak seperti MotoGP modern. Alhasil, jarak pun tidak terlalu masif.

Sementara itu, kini Marquez sudah tertinggal 50 poin. Memang ada beberapa pembalap yang gagal meraih poin pada seri perdana dan menjadi juara seperti Mick Doohan (1998) dan Wayne Rainey (1992).

Namun patut dicatat, baik Doohan maupun Rainey sudah meraih poin penuh pada seri kedua musim tersebut. Doohan langsung menjadi juara, sementara Rainey finish runner up.

Valentino Rossi

Pada era modern, hasil maksimal mungkin yang dilakukan oleh Valentino Rossi pada musim perdananya di MotoGP. Saat itu Rossi gagal menyelesaikan dua balapan perdana.

Sialnya, Rossi hanya finish di peringkat ke-11 pada seri ketiga. Meski setelah itu mulai unjuk kemampuan, pembalap berjuluk The Doctor itu harus puas menjadi runner up.

Marquez pun tidak bisa bersantai andai ingin mempertahankan gelar MotoGP nya. Apalagi, kini waktu tidak bersahabat kepada kakak Alex Marquez tersebut.

Apabila biasanya MotoGP memiliki 20 balapan, edisi 2020 hanya punya 13 seri. Pandemi virus corona membuat ajang tersebut mengurangi jumlah balapan mereka.

Dengan sudah kehilangan poin dari dua balapan perdana musim 2020, artinya waktu Marquez cukup mepet. Baby Alien hanya memiliki 11 seri untuk mengejar raihan poin Quartararo.

Pertanyaannya, apakah Marquez mampu meraih hasil maksimal dalam 11 balapan tersisa? Atau justru nafsunya untuk mengejar poin Quartararo malah bisa menjadi blunder?