Kebangkitan Karier Chris Smalling

Chris Smalling

Tak diragukan lagi, Chris Smalling jadi salah satu rekrutan terbaik Roma yang direkrut murah sebesar tiga juta euro, dengan skema peminjaman dari Manchester United selama semusim tanpa opsi permanen. Uniknya, Smalling bukan pilihan pertama Roma.

Roma sedianya mengincar Toby Alderweireld (Tottenham Hotspur) atau Dejan Lovren (Liverpool) untuk jadi pendamping Gianluca Mancini. Roma mencari bek berpengalaman dan gagal mendapatkan salah satu di antara kedua pemain itu hingga merekrut Smalling.

Kedatangan Smalling cukup di luar dugaan. Fans juga pesimistis dengannya. Maklum, Smalling tidak masuk salah satu bek tengah top di Eropa dan penampilannya relatif biasa-biasa saja, meski memperkuat Man United (2010-2019).

Namun siapa sangka, Smalling jadi salah satu rekrutan terbaik di antara klub-klub Serie A musim ini. Di enam laga awal Serie A, Smalling punya catatan kesuksesan 100 persen kala melakukan tekel dan tidak ada lawan yang sukses mendribel bola melewatinya.

Uniknya, Harry Maguire, bek termahal dunia sebesar 80 juta poundsterling yang dibeli United dari Leicester City, punya catatan statistik yang tidak lebih baik dari Smalling.

Menilik catatan di Whoscored, Smalling mencetak satu gol, memiliki akurasi operan 90,7 persen, dan memenangi 4,9 duel perebutan bola udara, dari tujuh laga yang telah dimainkannya di Serie A.

Perbandingan Harry Maguire dan Chris Smalling (@WhoScored)

Sementara Maguire, yang sudah tampil sebanyak 11 kali di Premier League, memiliki akurasi operan 88 persen, memenangi 3,7 duel perebutan bola udara, tanpa gol dan juga assist.

Smalling benar-benar beruntung dilatih Fonseca. Permainan dengan garis pertahanan yang tinggi, memungkinkan bek tengah ikut terlibat membangun serangan dan memberikan operan, sesuai dengan permainan Smalling.

"Di Inggris cukup sering Anda berurusan dengan hanya satu penyerang, jadi Anda punya bek tengah lain yang membantu Anda - di sini (Italia) Anda sering berhadapan dua lawan dua," tutur Smalling, dilansir dari Guardian.

"Ada juga banyak ruang untuk berlari di belakang ... Saya menikmatinya - karena saya cukup suka melakukan sprint (lari cepat) melawan penyerang. Ini jelas cocok dengan permainan saya."

Apa yang dicapai Roma saat ini semakin spesial karena dicapai di tengah badai cedera yang menimpa: Bryan Cristante, Lorenzo Pellegrini, Amadou Diawara, Henrikh Mkhitaryan, Davide Zappacosta, dan Nikola Kalinic. Situasi itu tak mudah bagi pelatih mana pun. Tapi, Paulo Fonseca memang berbeda.