Kekaguman Milisevic berlipat saat melihat Jovic ada di depan gawang lawan. "Dia mengingatkan saya kepada Gerd Muller (mesin gol legendaris Jerman)."

"Luka bisa bermain dengan kaki kiri dan kanan. Dia juga punya insting membuat gol yang luar biasa. Anda tak bisa mempelajarinya. Itu adalah pemberian alam semesta. Dan, hingga saat ini dia masih memiliki insting tersebut," papar Milisevic seperti dikutip Bleacher Report.

Bocah Penggila Donat

Jovic besar bersama kedua orang tua dan saudara perempuan. Sang ayah, Milan, yang pernah menjadi pemain sepak bola di level amatir, memperkenalkan Luka Jovic kepada olahraga ini.

Bersama sang ayah, Luka melatih menendang dengan kedua kakinya. Luka yang semula mengandalkan kaki kanannya, lambat laun percaya diri melepaskan tendangan dengan kaki kirinya.

Sejak awal, Luka memilih posisi sebagai penyerang. Beranjak remaja, Luka sangat mengidolakan Radamel Falcao. Selain Falcao dia juga mengagumi Zlatan Ibrahimovic.

Menjadi fans setia Red Star sejak kecil membuat Luka tak berpikir dua kali saat diminta bergabung ke akademi meski berjarak terbilang jauh.

"Tak mudah baginya. Awalnya setiap hari dia harus bolak-balik naik bus dari Bijeljina ke Belgrade. Dia mau bersusah payah dan orang tuanya sangat mendukung," kenang Milicevic.

Sejak tiba di Red Star, manajemen klub sudah meminta staf pelatih, termasuk Slavisa Stojanovic, pelatih tim utama Red Star, untuk mengawasi perkembangan Jovic.

Hingga akhirnya pada awal 2014, Stojanovic memboyong Jovic masuk ke tim utama. Namun, Stojanovic sempat dibuat kecewa dengan Jovic yang dinilainya malas dan sulit berkonsentrasi. Meski dia menyadari kalau Jovic masih sangat muda.

Tidak cuma itu, ada kegemaran Jovic yang membuat pengurus klub khawatir. Ya, sejak kecil Jovic sangat menyukai makanan manis dan cemilan seperti cokelat, keripik kentang dan terlebih donat.

Setelah mendapatkan bimbingan dari pemain senior, Jovic akhirnya mampu mengurangi kebiasaannya itu. "Dia benar-benar menyukai makanan seperti itu. Jovic selalu terlihat marah saat para pemain lain mengeluarkan makanan-makanan itu dari kamarnya," papar Stojanovic.

Jovic menjalani debut bersama Red Star pada laga terakhir musim 2013-14, Mei 2014. Jovic yang saat itu berusia 16 tahun, lima bulan dan lima hari itu masuk pada menit ke-73 dalam laga melawan Vojvodina. Saat itu Red Star dalam posisi tertinggal 2-3. Namun, hanya tiga menit di atas lapangan, Jovic langsung membuat gol sekaligus menyelamatkan klubnya dari kekalahan.

Pada Februari 2016, Jovic bergabung dengan klub Portugal, Benfica. Jovic menyusul pemain Serbia lain macam Nemanja Matic, Lazar Markovic, dan Ljubomir Fejsa. Namun, di Benfica karier Jovic mandek dan gagal menembus tim utama. Jovic hanya dua kali tampil membela Benfica, itupun sebagai pemain pengganti.

Pada 2017, Jovic dipinjamkan ke Frankfurt untuk dua musim. Tampil mengesankan di musim pertama, Frankfurt mengambil opsi membayar tujuh juta euro untuk mempermanenkan Jovic.

Kini, bocah yang memulai karier dari turnamen tarkam dan suka melahap donat itu sedang dibidik raksasa-raksasa Eropa. Termasuk Barcelona yang rela mengeluarkan 50 juta euro untuk memboyongnya ke Camp Nou.