Manolo Marquez, pelatih yang menggantikan Quique Setien di Las Palmas pada 2017 menilai, para suporter juga harus ikut bertanggung jawab. Suporter ingin Barca segera meraih kesuksesan dengan menempuh segala cara, termasuk menikam mimpi pemain muda.

"Barcelona bukan Chelsea. Terlalu banyak suporter yang mengakui mereka menyukai ide tersebut, namun tidak mencoba menerima pemain yang lebih muda," ungkap Marquez.

Pada pertandingan melawan Real Sociedad musim ini, Barcelona bermain dengan empat lulusan La Masia: Messi, Gerard Pique, Sergio Busquets, dan Jordi Alba. Namun, keempat pemain tersebut berusia lebih dari 30 tahun.

Menilik ke bangku cadangan, Barcelona juga tidak banyak menempatkan pemain akademi. Hanya tiga dari tujuh pemain yang berada pada bangku cadangan Barca berasal dari La Masia: Riqui Puig, Alex Collado, dan Ansu Fati.

Faktor yang menyebabkan produk La Masia tak lagi seharum dulu beragam. Selain kesempatan yang diberikan minim, kualitas para pemain juga menurun.

La Masia

"Intensitas lebih pada tim utama. Ketika pindah untuk berlatih bersama para pemain utama, saya terkejut dengan kecepatannya," ujar mantan kapten Barca B, Arnau Riera.

"Kami berharap bisa menembus tim utama. Namun, kami juga sadar peluang yang dimiliki. Sangat sulit membuat lompatan dan membangun diri Anda di tim senior. Bermain dua kali seminggu dengan penuh tekanan mental."

Menurut Llopis, mantan presiden Barcelona, Sandro Rosell, dan petahana saat ini, Josep Maria Bartomeu, adalah dua sosok yang paling bertanggung jawab atas runtuhnya tembok kehebatan La Masia.

"Mereka menghancurkan cita-cita La Masia. Mereka memboyong 47 pemain untuk Barca B dan tidak ada yang berhasil masuk ke tim utama. Mereka melukai La Masia," nilai Llopis.

Rosell adalah sosok yang bertanggung jawab ketika Barcelona melanggar aturan FIFA memboyong pemain 10 pemain di bawah usia 18 tahun pada 2009 hingga 2013. Akibatnya, Barca mendapatkan larangan mendaftarkan pemain anyar selama 14 bulan.

"Itu menimbulkan banyak kerusakan. Tidak ada pemain baru yang datang dan beberapa pemain paling menjanjikan tersisa," terang Llopis.

Satu di antara bintang muda tersebut adalah penyerang asal Korea Selatan, Lee Seung-woo, yang dilabeli Messi dari Korea. Saat ini, ia berusia 22 tahun dan melakoni empat pertandingan untuk klub Belgia, Sint-Truiden pada musim 2019-2020. Barca menjualnya ke Hellas Verona hanya dengan mahar 1,5 juta euro pada 2017.

Ketika ditarik lebih jauh, Barcelona juga melego beberapa jebolan La Masia seperti Pedro, Thiago Alcantara, dan Gerard Deulofeu. Para pemain tersebut tidak mendapatkan kesempatan lebih untuk unjuk gigi.

Kini, La Masia lebih terlihat seperti warung yang menjajakan pemain muda. Seperti halnya yang dilakukan Ajax Amsterdam dan Manchester City.

Para pemain muda menjadi korban klub dalam mengatasi masalah keuangan. Aset tersebut dijual untuk memboyong pemain yang dianggap lebih matang. Tujuannya adalah prestasi diraih dengan cara instan.

Masalah kian pelik karena Barcelona tidak menjadikan pemain muda sebagai prioritas di bursa transfer. Barca cederung mengincar nama-nama besar.

Bahkan, dalam beberapa tahun terakhir, Barcelona kehilangan sejumlah pemain muda seperti Adrian Bernabe (18) ke Manchester City, Sergio Gomez (19) ke Borussia Dortmund, Pablo Moreno (17) ke Juventus, Jordi Mboula (21) ke AS Monaco, Abel Ruiz (20) ke Braga, Carles Perez (22) ke Roma, dan Robert Navarro (17) ke AS Monaco.

La Masia

Satu di antara yang paling pahit adalah ketika Barcelona melepas Eric Garcia yang pergi menuju Manchester City pada 2017. Padahal, Garcia adalah satu di antara pemain dengan prospek paling menjanjikan.

Hampir semua pemain yang disebutkan di atas adalah orang Catalan. Mereka hanya mendapatkan kontrak profesional pertama sebesar 15 ribu euro per tahun. Sementara itu, Manchester City berani memberikan penawaran hingga 250 ribu euro per tahun. Intinya, Barca tidak akan mengeluarkan uang sebesar itu pada era Bartomeu.

Sementara itu, untuk pelatih, upah yang diberikan saat ini relatif lebih baik. Pelatih La Masia mendapatkan gaji sekitar 45 ribu euro per tahun untuk menangani usai 12 hingga 19 tahun. Pada sisi lain, para pemandu bakat mendapatkan gaji 8 ribu euro per tahun.

Barcelona juga memiliki 50 akademi di seluruh dunia. Sayangnya, dari beberapa pemain yang terjaring, sulit menemukan mereka bisa bersinar di tim utama. Hanya Sergi Samper, yang mendapatkan kesempatan masuk akademi Barcelona karena kakeknya, yang langsung dipromosikan.

Titik terang diharapkan terjadi ketika pemilihan presiden pada 2021. Beberapa pihak berencana melengserkan Bartomeu dari jabatannya.

Namun, hingga saat itu, Barcelona seperti kesulitan menemukan cara mengubah La Masia menjadi senjata andalan dalam membangun tim. La Masia yang dulu berguna kini menjadi sia-sia.