Hari berikutnya, menjelang pertandingan, Puccini's Himno al Sole dimainkan di depan 55.000 penonton - terutama mengenakan kaos hitam fasis - dan lagu itu dinyanyikan paduan suara. Hal itu cukup menggambarkan betapa pentingnya pertandingan tersebut dengan sisi lain yakni ancaman yang bikin jantung berdetak kencang.

Pada saat timnas Italia sedang bersiap di ruang ganti, sebuah pesan kembali ditunjukan kepada para pemain. "Anda bertanggung jawab untuk keberhasilan. Namun, ketika Anda gagal, semoga Tuhan membantu Anda," demikian isi surat tersebut.

Ancaman tersebut kembali mengusik hati Monti. Sang pemain tak habis pikir menerima ancaman ketika memperkuat dua negara berbeda. "Di Uruguay mereka akan membunuh saya ketika menang. Namun, di Italia mereka akan membunuh saya ketika kalah," ujar Monti.

Selebrasi timnas Italia setelah memenangi Piala Dunia 1934.

Beruntung bagi Monti dan kolega. Italia mampu memenangi pertandingan dengan skor 2-1. Setelah itu, para pemain timnas seolah-olah menjadi raja. “Kami diizinkan untuk meminta apa pun yang kami inginkan: wanita, uang, perhiasan, mobil, rumah. Kami adalah manusia istimewa di Italia,” kenang Monti.

Setelah semua itu berlalu. Luis Felipe Monti mencatatkan sejarah sebagai pemain pertama yang mampu mencicipi dua final Piala Dunia dengan negara yang berbeda. Sesuatu hal yang sulit terulang pada dunia modern. Kini, Anda sudah tahu bukan jawaban dari pertanyaan siapa pemain yang pernah berlaga di dua final Piala Dunia dengan dua negara yang berbeda?