Bukan cerita manis saja yang didapat Gondrong saat menjadi dirijen. Pada 2014 lalu, dia harus naik ke meja operasi lantaran terjatuh dari scaffolding kameramen televisi. Kala itu, dia melakukan selebrasi kemenangan bersama penggawa Laskar Sambernyawa. Tapi ternyata, papan yang jadi pijakan jebol hingga Gondrong terjatuh. Kaki kanannya patah dan sebagian tubuhnya luka-luka.

"Ya itulah risiko jadi dirijen. Ada manis ada pahit. Tapi saya tidak pernah kapok. Selalu siap bila teman-teman meminta saya untuk naik jadi dirijen," ungkapnya.

Kini, sosok Gondrong lebih dikenal sebagai sesepuh Pasoepati. Ada deretan dirijen muda yang memandu ribuan Pasoepati bernyanyi. Namun, Gondrong juga tak serta merta meninggalkan tribun. Dia lebih sering berada di tribun menjadi penonton.

Dari tahun ke tahun, Gondrong melihat suporter Indonesia semakin kreatif. Terutama kehadiran koreo yang bisa membentuk angka bahkan gambar. Ada juga koreo tiga dimensi yang kali pertama dilakukan Pasoepati tahun 2014. Dia berharap kreativitas ini semakin tumbuh pada tahun-tahun mendatang.

"Kreativitas ini juga cukup mengurangi potensi suporter melakukan hal di luar batas. Sekarang sudah jarang ditemui suporter nyanyi rasis. Berarti kreativitas seperti membuat koreo ini harus terus didukung," paparnya.

Maryadi "Gondrong" Suryadharma bersama pembeli pizza-nya. (BolaSkor.com/Nofik Lukman)

Di luar kehidupan sebagai seorang dirigen, Gondrong ternyata juga seorang pengusaha. Harian tetapnya, dia menjadi bos barang bekas di Pasar Elpabes, Banjarsari, Solo. Dia membeli barang-barang bekas untuk dijual kembali. Aktivitas itu sudah dilakukan sejak 2000-an lalu.

Terbaru, Gondrong juga membuka usaha kuliner di arena Solo Car free Day. Setiap hari Minggu, dia berjualan pizza dan spagheti di seberang Stadion Sriwedari Solo. Sebagai sosok familier di Solo, banyak para suporter hingga para pemain sepak bola yang mampir ke lapaknya.

"Menjadi dirigen membuat saya kenal dengan banyak orang. Ini juga sangat membantu dalam pengembangan usaha saya. Seperti jualan pizza ini, dagangan pasti sudah habis sebelum CFD selesai," tutupnya. (Laporan Kontributor Nofik Lukman/Solo)