Kematian Hernandez mengguncang sepak bola Panama. Sepak bola di Panama merupakan salah satu olahraga yang bisa menjadi jalan keluar dari kemiskinan, selain tentu saja bisbol yang lebih tenar.

Tak sedikit pemain Panama besar di lingkungan kumuh dan keras. Paling tidak sejak 1990 sekitar 20 pemain, beberapa sudah pensiun, yang terbunuh. Kasus terakhir terjadi pada 24 April lalu ketika mantan pemain Gilberto Salas tertembak mati di Panama City.

Henriquez lahir di Colon, salah satu provinsi termiskin dan paling tinggi tingkat kriminalitasnya di Panama. Laki-laki yang biasa disapa Bob itu dikenal ramah dan dikenal nyaris oleh seluruh orang di lingkungannya.

Sejak kecil dia menyukai sepak bola. Bersama teman-temannya Henriquez bermain di pinggir jalan yang penuh dengan sampah. Ketika usia 20 tahun, dia bergabung dengan klub papan atas di provinsi. Dan pada 2005 Henriquez melakoni debut bersama tim nasional Panama.

Dalam kariernya, Henriquez berpetualang memprkuat klub-klub di Kosta Rika dan Kolombia, termasuk Independiente Medellin, di mana dia pertama kali bertemu dengan Hernan Dario Gomez, pelatih timnas Panama saat ini.

Di timnas Panama, Henriquez merupakan salah satu pilar yang dikenal disiplin dan dihormati pemain lain. Dia tercatat 84 kali tampil membela Panama. Laga melawan Amerika Serikat pada kualifikasi Piala Dunia yang berakhir 1-1 menjadi laga terakhirnya.

Saat Panama memastikan tiket ke Piala Dunia, Gixiani, sang istri hadir di stadion. "Har itu, di stadion, saya tak tahu apakah saya menangis bahagia atau sedih."

Meski tak merasakan, mimpi Henriquez sudah terwujud, Panama tampil di Piala Dunia untuk pertama kalinya. Pencapaian yang ikut diperjuangkan olehnya.

Di Rusia nanti, Henriquez tetap hadir, di dalam hati dan pikiran semua pemain Panama di tiap pertandingan.