Twitter AS Roma

Tim media sosial AS Roma kembali menuai nilai postif setalah terlibat langsung dalam kampanye menemukan orang hilang. Sifat altruisme mereka tunjukkan melalui kerja sama dengan pihak ketiga untuk membagikan gambar anak-anak hilang bersama video pengumuman pemain anyar selama bursa transfer musim panas kemarin. Hasilnya, beberapa anak ditemukan selamat dan bisa kembali ke pelukan keluarganya.

Tidak mandek sampai di situ, tim digital AS Roma juga mengusung program bernama Team of the Day. Melalui akun resminya, Roma akan mendukung klub semenjana di belahan dunia.

Program tersebut dimulai pada jeda internasional. Roma memutuskan mendukung tim junior Skotlandia bernama Saint Anthony. "Dengan AS Roma tidak bermain pekan ini, kami memutuskan mendukung @SaintAnthonysFC dari Glasgow, Scotland, pada #NonLeagueDay," bunyi tweet Roma ditambah tagar #ForzaTheAnts, #ItsAnAntsThing dan #MonTheAnts, yang mewakili semangat untuk Saint Anthony.

Tweet tersebut berdampak positif bagi Saint Anthony. Mereka berhasil medapatkan ribuan pengikut baru dan menyalip beberapa klub di liga sepak bola profesional Skotlandia.

"Sangat menyenangkan melakukan sesuatu hal positif untuk klub lain yang tidak mendapatkan perhatian sama seperti Roma. Kami pikir, ini adalah cara sempurna untuk menggunakan platform kami dan ketenaran Twitter kami untuk membantu klub lain," tegas Rogers.

Sejak saat itu, Roma mulai rutin mendukung klub alit lainnya. Tim-tim dari Argentina, Australia, Zambia, hingga Zimbabwe mendapatkan sorotan dari Serigala Ibu Kota.

Tidak hanya melakukan pada level klub, Roma juga memberikan sokongan dalam skala tim nasional. Roma meninting mendukung Nigeria pada Piala Dunia 2018.

Kolaborasi itu bermula ketika Roma berhasil membalikkan keadaan melawan Barcelona pada babak gugur Liga Champions 2017-2018. Roma terkesan dengan satu di antara potongan audio komentator gol Kostas Manolas yang berasal dari penyiar radio Nigeria bernama Mark Otabor.

"Tweet tersebut mulai menyebar dan para penggemar di Nigeria menyukai fakta Roma sangat tertarik pada satu di antara bagian mereka. Kami melihat ada begitu banyak cinta di Twitter Nigeria sehingga berpikir kenapa tidak mendukung timnas Nigeria ketika Italia absen di Piala Dunia," sebut Rogers.

"Sama seperti kami mengadopsi Super Eagles, penggemar di Nigeria pun mulai memilih Roma sebagai klub Italia mereka."

Dukungan AS Roma pada Nigeria bukanlah hanya isapan jempol. "Kami benar-benar serius dalam mendukung Nigeria. Kami mempertahankan keyakinan, bahkan setelah mereka kalah pada beberapa pertandingan uji coba, dan laga pertama. Pesan-pesan itu diterima dengan baik oleh semua penggemar Nigeria. Kemudian, mereka mengalahkan Islandia dan orang-orang mengingat tweet kami," papar Rogers.

Setelah dukungan tersebut, presiden Nigeria mengirim perwakilan untuk mengucapkan terima kasih pada AS Roma. Rogers dan kawan-kawan juga diundang bertemu anggota federasi sepak bola Nigeria sembari melihat cara mereka mengurus akun media sosial.

Kini, tanda tanya selanjutnya adalah bagaimana respons sang pemilik, James Pallotta? "Ini lucu, kami lebih cenderung mendapatkan masalah ketika konten yang kami keluarkan hambar dan membosankan," jawab Rogers ketika ditanya reaksi Pallotta.

"Kami benar-benar beruntung bekerja untuk James Pallotta yang tidak hanya mendorong konten menghibur, namun juga menuntutnya ada. Bahkan, ketika pengumuman transfer pada 2017, Pallotta semakin menikmatinya."

Twitter Roma saat Fazio mencetak gol bunuh diri dan kemudian mencetak gol penyeimbang

Rogers sadar, ia bersama timnya harus terus berpikir di luar nalar kebanyakan orang. Mereka perlu mencari hal-hal baru dan berevolusi agar setiap orang menoleh ke akun media sosial Roma.

Pada musim panas 2018, tim kreatif media sosial Roma kembali menemukan ide brilian. Klub mengumumkan kedatangan Bryan Cristante dengan mengunggah foto sang pemain mengenakan jersey AS Roma yang sudah melalui proses photoshop. Namun, foto tersebut terlihat buruk dan tidak rapih.

Bryan Cristante

Sedangkan, pada beberapa waktu lalu, Roma menyoroti komentar bernada rasialis yang diarahkan pada Juan Jesus di Instagram. Ingin memberikan efek jera, Roma kemudian mengunggah akun sang penyerang ke seluruh media sosial.

"Bayangkan semua orang mengetahui Anda menggunakan Instragram untuk mengirim pesan rasialis pada pemain sepak bola. Ini pendekatan yang dapat dipelajari oleh sepak bola Italia," Rogers mengungkapkan.

Dengan konten berupa kambing bermain catur, singa bernyanyi, referensi Tupac, peringatan perubahan iklim, dan ejekan dengan IKEA, menjadi admin media sosial AS Roma tentu bukan merupakan pekerjaan membosankan. Mereka membuktikan diri sebagai raja sepak bola di lini masa Twitter.

"Baik dalam pilihan lagu, mendukung Nigeria di Piala Dunia, atau bermain-main dengan hip-hop dan budaya pop, kami mencoba menggunakan kreativitas untuk menghibur pada pengikut. Kami tidak mencoba menggunakan media sosial sebagai sarana komunikasi perusahaan, sebab sudah memiliki situs web untuk hal tersebut," terang Rogers.

"Ini seharusnya menyenangkan dan menghibur. Idenya adalah untuk terus berkembang dan tidak pernah berhenti. Hal terakhir yang kami inginkan adalah membosankan."

Kini, tidak ada ruginya memencet tombol follow pada akun Twitter AS Roma. Meski merupakan penggemar Lazio sekalipun, Anda akan tetap terhibur dengan konten nyeleneh ala I Lupi.