Tak Ada yang Abadi

Mauricio Pochettino

Bila mencermati keseluruhan perjalanan Pochettino di atas, terdapat satu kesamaan pada setiap musimnya. Ya, Tottenham tidak pernah menjadi juara para era Pochettino.

Tentunya, itu merupakan hasil negatif yang sulit diterima di sepak bola Inggris - menjadikan hasil sebagai variabel terkuat dalam penilaian. Namun, Tottenham tetap sabar dan memberikan kesempatan.

Sulit rasanya melihat Pochettino bisa bertahan lama di klub seperti Chelsea, Manchester United, atau Manchester City yang gemar ganti pelatih ketika gelar tidak direngkuh. Terlebih, beberapa pendapat menyebut memecat pelatih ketika gagal adalah ciri dari klub yang lapar akan gelar.

Akhirnya, Tottenham Hotspur pun mencapai batas kesabaran pada Mauricio Pochettino. Hanya menempati posisi ke-14 klasemen sementara, Pochettino pun dipaksa minggat.

"Kami sangat enggan melakukan perubahan ini. Itu adalah keputusan yang kami ambil dengan perlahan, tidak tergesa-gesa," kata pemilik Tottenham, Daniel Levy, pada laman resmi Tottenham.

"Merupakan tanggung jawab dewan mengambil keputusan sulit. Keputusan ini tidak mudah mengingat ada banyak momen tak terlupakan yang kami miliki bersama Pochettino dan stafnya. Namun, ini demi kepentingan terbaik untuk klub."

Mauricio Pochettino

Selama menukangi Tottenham, Pochettino menuai 159 kemenangan, 62 imbang, dan 72 kekalahan. Dengan begitu, Pochettino meraih rata-rata persentase kemenangan mencapai 54 persen. Pochettino hanya kalah dari Andre Villas-Boas yang meraih persentase kemenangan 55 persen - diukur berdasarkan manajer Tottenham yang sudah mencapai 50 pertandingan atau lebih.

"Mauricio Pochettino dan staf pelatihnya akan selalu menjadi bagian dalam sejarah Tottenham. Saya sangat mengagumi cara dia menghadapi situasi sulit saat tidak bisa bermain di kandang (Tottenham terusir dari White Hart Lane pada 2017 karena pembangunan stadion baru)," sambungnya.

"Kami ingin mengucapkan terima kasih kepadanya dan staf kepelatihan atas semua yang sudah diberikan. Mereka akan selalu diterima di sini," papar Daniel Levy.

"Kami punya pasukan berbakat. Kami perlu memberi energi kembali dan memberikan hasil yang positif bagi para pendukung."

Pilihan Daniel Levy mendepak manajer 47 tahun tersebut memang bisa dipahami. Tottenham tidak menunjukkan tren positif pada musim ini.

Tottenham hanya mengoleksi 14 poin dari 12 laga Premier League. Jumlah tersebut adalah yang terendah sejak musim 2008-2009.

Lebih lanjut, tidak ada klub Premier League yang menuai kekalahan lebih banyak daripada Tottenham pada 2019. Total, The Lilywhites 18 kali tersungkur.

Kini, jalan sulit sudah ditempuh Tottenham yaitu dengan memecat Mauricio Pochettino. Tottenham yang dikenal sabar dengan memberikan kesempatan pada Pochettino selama lima musim pun sudah mencapai batasnya.

Menariknya, Jose Mourinho dikabarkan menjadi calon terkuat pengganti Pochettino. Lantas, apakah Tottenham bisa sesabar itu ketika dinakhodai The Special One?