Dominasi Indonesia di tunggal putra sepertinya masih jauh dari kata usai. Andai Ahsan/Hendra atau Kevin/Marcus pensiun pun, masih ada Leo/Daniel.

Sayangnya prospek menjanjikan macam Leo/Daniel tidak terlihat dari nomor lain. Justru muncul kejutan dari negara-negara yang tidak memiliki tradisi bulu tangkis, seperti Thom Gicquel/Delphine Delrue asal Prancis.

Tentunya kegagalan di Thailand tidak bisa dipandang sebelah mata. Indonesia, dalam hal ini PBSI wajib mencari formula untuk tetap menjadi raksasa di dunia bulu tangkis.

Bagaimana tidak, di Thailand saja, dari tiga turnamen dan 60 slot semifinal, Indonesia hanya mengirim tujuh semifinalis. Dari jumlah itu, hanya tiga yang sukses menjadi finalis dan satu keluar sebagai juara.

Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin

Tidak adanya turnamen dalam 10 bulan terakhir tentu bukan alasan. Toh, semua negara merasakan hal yang sama. Praktis hanya Denmark Open turnamen yang tidak diikuti wakil Indonesia.

Meski demikian, PBSI sendiri rajin menggelar simulasi di wilayah pelatnas. Selain itu, aktivitas di Pelatnas Cipayung sendiri tidak pernah berhenti.

Menjelang Olimpiade, tentu PBSI memiliki pekerjaan rumah besar untuk membangkitkan jagoan mereka. Apalagi jika mereka tidak ingin catatan kelam gagal memboyong medali emas Olimpiade pada 2012 terulang.

Bahkan, jika tidak hati-hati, bukan tidak mungkin wakil Indonesia di Olimpiade Tokyo akan berkurang. Apalagi masih ada nama yang posisinya belum aman seperti Hafiz/Gloria.

PBSI wajib berbenah setelah gagal total di rangkaian tur Thailand. Hasil minor dalam tiga kejuaraan beruntun itu bisa menjadi lampu kuning bagi Indonesi dalam peta persaingan bulu tangkis dunia.