Serangan balik jadi masalah dan itu terlihat dari kebobolan empat gol dari skema tersebut, meski hanya menderita 11 sepakan tepat sasaran.

Kontra Milan, Inter dominan dengan 64 persen penguasaan bola dan total melepaskan 16 tendangan (lima tepat sasaran), tetapi tak dapat mencetak gol dan kebobolan lagi dari serangan balik.

Cristian Chivu (Football-Italia)

"Rasa frustrasi bukan hanya karena kami menciptakannya, tetapi juga karena performa dan fokus kami, karena kami hampir tidak membiarkan serangan balik, meskipun tahu kedua penyerang itu bisa merepotkan kami," ujar Chivu kepada DAZN Italia.

"Saat kami kehilangan bola kedua di lini tengah, mereka mencetak gol. Inilah sepak bola."

Chivu juga menegaskan kelemahan timnya terjadi sebagai konsekuensi dari permainan Inter, yang bermain ofensif dan menguasai bola.

"Saya tahu apa yang kami ciptakan dan apa yang kami derita, itulah risiko yang kami ambil," tegas Chivu.

"Saya tidak menganalisis individu di depan umum, karena saya tidak akan pernah melakukannya."

"Ketika saya melihat para pemain saya memberikan segalanya dalam latihan, saya tidak pernah bisa menyalahkan siapa pun, dan saya juga tidak ingin mencari alibi."

"Karakteristik pemain kami membuat kami terpaksa menyerang dengan banyak pemain, yang mau tidak mau membuat kami sedikit terbuka."

"Namun, saya ingin menekankan bahwa kami hanya membiarkan satu serangan balik hari ini, dan itu fatal."

"Mengingat risiko yang kami ambil dengan pendekatan menyerang ini, kami tidak benar-benar membiarkan banyak tembakan ke gawang," pungkas Chivu.