Selain itu, pemain baru yang didatangkan Villa sejatinya bukanlah baru. Anwar El Ghazi, Kortney Hause, dan Mings adalah pemain yang musim lalu sudah memperkuat Villa sebagai pemain pinjaman.

Sedangkan tiga pemain baru lain didatangkan sebagai pengganti langsung mereka yang pergi. Matt Targett datang untuk mengisi posisi yang ditinggal Alan Hutton di sisi kiri pertahahan. Penyerang Brasil, yang juga pembelian termahal klub, Wesley Moraes, bergabung untuk menggantikan Tammy Abraham, yang kembali ke Chelsea.

Wesley
Wesley (Twitter/AVFCOfficial)

Kemudian, Ezri Konsa datang untuk mengisi tempat di sentral pertahanan. Posisi yang musim lalu menjadi milik Axel Tuanzebe.

Melihat situasi ini, rasanya tidak pas jika menyamakan Villa dengan Fulham, meski pada akhir musim nanti menuai hasil serupa. Villa aktif di bursa transfer pemain karena tak ada pilihan lain. Mereka harus cepat mengisi posisi yang kosong.

Memang, Fulham juga membutuhkan pemain baru untuk terjun di Premier League. Namun Fulham tidak melakukannya sejak jauh hari. Mereka baru gencar bergerak saat kompetisi di depan mata. Di sinilah Villa mengambil pelajaran dari Fulham.

Musim lalu, Fulham mendatangkan tujuh pemain baru pada bulan Agustus. Dari tujuh pemain, lima di antaranya didapat pada hari terakhir jendela transfer. Semua berjalan terburu-buru, terpaksa, dan didasarkan keputusasaan karena mepet dengan tenggat waktu.

Hasilnya, pemain baru tidak sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan. Atau jika sesuai kebutuhan, pemain kesulitan karena masa adaptasi yang minim.

Bisa disimpulkan, Villa tidak melakukan kesalahan yang sama dengan Fulham. Sebaliknya, Villa justru belajar dari kesalahan yang dilakukan Fulham, terlepas apakah hasil akhirnya akan serupa atau tidak.