Pertama, kenikmatan tiada tara dari seorang Joaquin kala Real Betis memenangi derby kontra Sevilla melalui gol tunggalnya di La Liga, 3 September 2018. Lalu yang kedua, ketika mengejutkan publik Camp Nou melalui kemenangan 4-3 pada 11 November 2018.

“Saya sering memimpikan ini. Tidak bohong: saya mencetak gol penentu kemenangan melawan rival abadi, di laga kandang. Saya tak punya kata-kata menggambarkan kebahagiaan yang saya rasakan,” ucap Joaquin.

“Ketika saya melihat mereka menyanyikan nama saya, kecintaan yang mereka berikan kepada saya, saya tahu saya bisa pergi meninggalkan sepak bola sebagai pria yang bahagia.”

Joaquin Sanchez dicintai banyak orang

Joaquin mencetak satu gol dari sisa gol yang dicetak Junior Firpo, Giovani Lo Celso, dan Sergio Canales. Dua gol Lionel Messi dan satu gol Arturo Vidal tak bisa menyelamatkan Barca dari kekalahan. Gol dari Joaquin itu memastikan bahwa Barca salah satu korban favoritnya.

Sepanjang kariernya, Joaquin telah enam kali menjebol gawang Barcelona dan torehan itu jadi yang terbanyak di atas Racing Santander, Deportivo La Coruna, yang dibobol sebanyak lima gol. Cerita Joaquin masih berlanjut.

Penulis Guardian, Sid Lowe, pernah berkata seperti ini. “Tanyakan kepada orang Spanyol (siapa pun itu) mengenai Joaquin dan mereka akan mengingat candaannya, dansa-dansanya, ceritanya. Tapi ada hal lebih darinya ketimbang hal tersebut,”

Usianya boleh berusia 37 tahun. Joaquin bisa saja disebut ‘orang tua’ di sepak bola modern. Tapi, eksistensi Joaquin saat ini memberikan nilai-nilai yang mulai pudar di sepak bola modern: kecintaan yang menjadi esensi sepak bola. Kecintaan dari dan kepada fans, kecintaan kepada klub yang dibela, dan kecintaan kepada pilihan untuk bermain sepak bola. Itu semua tak bisa dibeli dengan uang.