Salah Kaprah Masyarakat dan Media

Timnas U-16 memulai kiprahnya di turnamen resmi bertajuk Tien Phong Plastic Cup 2017. Skuat Garuda Asia menjadi juara dalam turnamen yang diselenggarakan di Vietnam tersebut.

Masyarakat Indonesia salah kaprah. Pencinta sepak bola Indonesia terlalu berharap tinggi untuk Timnas U-16. Ini tidak sesuai konsep fun football FIFA.

Ekspos media terlalu besar kepada Timnas U-16. Jangan terlalu memuji Timnas U-16, karena pujian bisa menghancurkan performa dan mental pemain. Akan tetapi, jangan terlalu mengkritik Skuat Garuda Asia, karena mereka masih berumur belia.

Alhasil, salah kaprah mendatangkan sebuah bencana. Timnas U-16 gagal di Piala AFF U-15 2017. Datang dengan status juara turnamen bergengsi di Vietnam, Timnas U-16 gagal lolos dari Grup A dengan hanya meraih satu kemenangan dan hasil imbang, serta tiga kekalahan.

Timnas Indonesia U-16 saat di turnamen Jenesys. (PSSI)

Mulai Diperbaiki

Kegagalan tersebut membuat Fakhri Husaini merombak Timnas U-16. Seleksi kembali dilakukan untuk mengikuti Kualifikasi Piala Asia U-16 2018 di Thailand.

Ekspos media dan harapan masyarakat Indonesia memudar. Timnas U-16 bisa fokus menghadapi Kualifikasi Piala Asia U-16 2018 di Thailand.

Skuat Timnas U-16 Kualifikasi Piala Asia U-16 2018 di Thailand akhirnya terbentuk. Skuat Garuda Asia lolos ke Piala Asia U-16 2018 dengan status juara grup melalui sapu bersih kemenangan dalam empat laga. Striker Timnas U-16, Sutan Zico menjadi top skorer dengan raihan 10 gol.

Keberhasilan Timnas U-16 mendapat apresiasi dari masyarakat Indonesia dan media. Namun, pelatih Fakhri Husaini kembali mengingatkan jangan terlalu membebani anak-anak asuhnya dengan ekspos berlebihan.

“Kami harus menjaga para pemain, termasuk juga membatasi mereka untuk melakukan wawancara yang berlebihan. Ekspos yang berlebihan itu berbahaya buat anak-anak ini. Karena tugas saya bukan hanya melatih tetapi menjaga mereka. Mereka aset bangsa ini,” ujar Fakhri Husaini.

“Kita bisa melihat beberapa banyak pemain-pemain muda kita yang hanya lebih hebat di koran dibandingkan di lapangan. Akhirnya, sampai umur 20 tahun sudah selesai main bolanya. Saya tidak akan pernah mengizinkan itu terjadi di tim saya ini selama saya yang menjadi pelatih di tim ini,” tegasnya.

Lanjut Baca lagi