Peran kiper cukup spesial. Pada tim yang memiliki filosofi penguasaan bola dan dominan atas lawannya, peran kiper nyaris tak terlihat karena jarang mendapatkan ancaman berarti. Di satu sisi apabila kiper terlalu banyak beraksi, melakukan penyelamatan, itu memperlihatkan buruknya pertahanan tim.
Namun yang paling terpenting, yang acapkali jadi pembeda kiper kelas dunia atau tidak, adalah fakta mereka dapat diandalkan ketika dibutuhkan. Kiper yang dapat melakukannya, apalagi konsisten, dapat memberikan ketenangan bagi lini belakang.
Apa saja momen yang dibutuhkan tersebut? Misal, ketika tim menghadapi serangan balik dan penyerang lawan melepaskan tendangan. Pada situasi tersebut persentasenya 50-50, tetapi apabila momen tersebut kiper dapat membaca permainan, menahan bola, maka itu layak masuk kategori penyelamatan bak tiga poin atau kemenangan.
Yann Sommer (Getty Images)
Sommer melakukannya ketika pada dua leg pertandingan di semifinal melawan Barcelona, pertahanan Inter bertubi-tubi diserang, khususnya dari talenta seperti Lamine Yamal. Itu terbukti dengan status Man of the Match pada leg dua yang dihelat di Giuseppe Meazza.
Pun demikian Donnarumma. Sosoknya yang tinggi besar membuat PSG memenangi adu penalti lawan Liverpool di 16 besar, juga membuat Arsenal frustrasi mencetak gol di semifinal.
Dengan fakta tersebut, baik Donnarumma atau Sommer dapat menjadi kunci permainan bagi PSG atau Inter ketika bek, gelandang, hingga penyerang buntu sepanjang pertandingan. Menilik dari laman resmi UEFA, berikut statistik kedua kiper tersebut.
Gianluigi DonnarummaJumlah Pertandingan: 14Penyelamatan: 37Clean Sheets: 5Kebobolan Gol: 14Menangkap Bola: 30Memukul Bola: 16
Yann SommerJumlah Pertandingan: 13Penyelamatan: 51Clean Sheets: 7Kebobolan Gol: 11Menangkap Bola: 26Memukul Bola: 18