Berbeda dengan pemain sayap, Salah dan Mane lebih sering memotong ke dalam dan melepaskan tembakan daripada menyusur sisi lapangan dan melepaskan umpan silang. Aksi Mane dan Salah dilengkapi secara sempurna oleh Firmino, yang secara kasat mata terlihat hanya berlari-lari ringan saja.

Firmino menempati posisi sentral yang sesekali menarik ke belakang untuk memberi ruang untuk Mane atau Salah melancarkan tusukan. Pergerakan ini terus dilakukan dan membuat pening pemain belakang lawan. Dengan pergerakan ini, fokus pemain belakang terbagi, karena ketiga pemain ini memiliki naluri mencetak gol tinggi.

Karenanya, acap terlihat pemain belakang lawan seperti dibawa bergerak maju-mundur, geser ke kiri-kanan oleh ketiga pemain ini. Situasi yang justru menciptakan ketidakpastian bagi pemain belakang. Situasi yang tidak disukai oleh barisan bertahan.

Kini, dengan masuknya Pepe, Arsenal memiliki kemampuan untuk melakukan hal serupa. Tak dimungkiri, Aubameyang dan Pepe punya kapasitas untuk menjalankan peran seperti Mane dan Salah.

Pepe dan Auba memiliki kecepatan dan naluri mencetak gol. Alhasil keduanya akan menjadi ancaman berarti bagi lini pertahanan lawan. Pepe dan Auba juga memiliki kaki utama berbeda. Pepe kidal sedangkan Auba kaki kanan, sama seperti Salah dan Mane.

Sementara Lacazette memiliki profil untuk beroperasi seperti Firmino di Liverpool. Lacazette kalah cepat dari Pepe dan Aubameyang, namun dia memiliki kemampuan untuk turun ke lini tengah dan menyerang dari bawah, seperti Firmino. Jika Arsenal mencoba meniru Liverpool, bukan mustahil mereka akan menuai hasil lebih baik. Pasalnya mereka memiliki Dani Ceballos. Pemain pinjaman Madrid itu bisa menambah elemen lain di lini tengah Arsenal. Yaitu elemen kreatif dari kedalaman. Elemen yang belum ada di Liverpool. Dan satu lagi, Arsenal masih punya Mesut Ozil, itupun jika dapat kepercayaan dari Emery.

Melihat kesuksesan trio Liverpool, rasanya Emery dan Arsenal tak perlu sungkan untuk mencuri ilmu dari Liverpool-nya Klopp.