Tinta Emas Sejarah Sepak Bola Spanyol

Tidak ada yang meragukan lagi bahwa periode 2008 hingga 2012 merupakan masa keemasan timnas Spanyol. Diperkuat sebagian besar pemain Barcelona yang digembleng dengan filosofi tiki-taka ala Pep Guardiola, Spanyol jadi tim terbaik di dunia.

Berbekal Fernando Torres yang lincah, cepat, dan berbahaya di lini depan, Spanyol juga memiliki David Villa. Ditopang oleh gelandang-gelandang kreatif semisal Andres Iniesta, Xavi Hernandez, Sergio Busquets, Xabi Alonso, serta lini belakang yang dipimpin Iker Casillas dan Carles Puyol, Spanyol sangat mengerikan pada periode itu.

Spanyol mengukir sejarah melalui dua titel Piala Eropa (2008 dan 2012) dan satu titel Piala Dunia pada 2010. Peran Torres sangat besar terlibat ketika ia mencetak gol ke gawang Jerman di final Piala Eropa 2008.

Golnya itu memberikan kemenangan sekaligus titel besar pertama sejak Piala Eropa 1964. Lalu pada 2012, Torres mencetak satu gol dan memberikan assist ketika Spanyol menang 4-0 atas Italia di final. Dua momen besar itu menjadikan Torres sebagai pahlawan nasional Spanyol.

Pada perhelatan Piala Dunia 2010, Torres disertakan ke dalam skuat tapi tak banyak bermain karena cedera. Kendati demikian, Torres pada akhirnya tetap mengangkat trofi prestisius yang hanya diberikan kepada jawara selama sekali dalam empat tahun.

Fernando Torres

Kompatriotnya, Pedro Rodriguez, memang lebih beruntung menyabet seluruh trofi bersama klub-klub yang dibelanya dan juga timnas Spanyol, tapi, warisan Torres di sepak bola Eropa juga besar.

Cukup lihat tangisan Torres dan fans Atletico ketika mengadakan perpisahan besar-besaran di Wanda Metropolitano pada Mei 2018.

"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada banyak orang. Banyak di antara Anda yang membantu saya sampai ke sini. Untuk memulainya, mereka yang ada di divisi tiga (sepak bola Spanyol), khususnya Luis Aragones," tutur Torres kala itu.

"Saya ingin menyebutkan kakek saya. Juga, kepada keluarga, orang tua, dengan mereka yang perjuangannya mampu membuat anak-anak mewujudkan impian mereka."

Fernando Torres

"Kepada ayah saya yang telah mengajari saya nilai-nilainya. Terima kasih, ayah. Saudara laki-laki saya, Israel, saudara perempuan ... istri saya, yang telah menjadi pilar kehidupan, menenangkan saya dan selalu ada untuk saya."

"Juga untuk mereka yang memberi saya saran, mereka telah melakukannya sejak saya berusia 17 tahun. Mereka tahu siapa mereka sebenarnya. Kepada rekan setim, staf kepelatihan, tiga setengah tahun belakangan ini menjadi tahun yang sangat hebat dan saya bangga jadi bagian grup."

"Terima kasih kepada keluarga Atletico. Saya tahu saya selalu ingin bermain di sini dan rasakan kehormatan mengenakan jersey selama lebih dari 400 laga. Sangat sulit mengetahui inilah akhirnya," pungkasnya.

Datang sebagai pemuda yang ambisius mencapai puncak dunia, Torres telah menjadi pria sejati setelah bertualang di Inggris. Terima kasih atas warisan dan kenangan indah yang Anda berikan, Fernando "El Nino" Torres.