Bagaimana dengan Messi yang tidak tampil seperti biasanya? Ada yang menyebut Messi tidak banyak bicara karena tidak ditemani rekan setim seperti saat di Barcelona. Bisa jadi. Tapi boleh jadi juga Messi kehilangan gairah bermain karena merasa tidak nyaman dengan taktik sang pelatih.

Tidak salah memang menyoroti penampilan Messi di Piala Dunia kali ini. Pada kenyataannya, sang megabintang memang tampil mengecewakan. Di laga pertama melawan Islandia, Messi masih bisa melepaskan 11 tembakan. Saat melawan Kroasia, Messi cuma bisa sekali melepaskan tembakan.

Pada laga kontra Kroasia, Messi tercatat hanya 116 kali menyentuh bola. Bila dicermati lebih lanjut, situasi ini tidak lepas dari pola permainan yang diterapkan. Messi pernah mengungkapkan kecemasannya terkait skema tiga bek yang diusung Sampaoli. Hal itu disampaikannya usai Argentina dibantai Spanyol 1-6 pada laga uji coba. Saat itu, kejadiannya nyaris seperti laga kontra Kroasia di mana lini pertahanan Argentina dengan mudah diruntuhkan oleh pasukan Spanyol.

Pelatih timnas Argentina Jorge Sampaoli (Zimbio)

Apa yang salah dengan taktik pilihan Sampaoli? Dengan menempatkan Messi jauh di depan, dia sangat tergantung dengan servis pemain lain dan itu tidak terjadi pada laga kontra Kroasia. Aliran bola dari belakang dan lini tengah sama sekali tidak ada, terlebih ketika Argentina lebih memilih menempatkan Ever Banega di kursi cadangan.

Nyaris epanjang laga, Messi berdiri sendirian sementara pemain Argentina lainnya sibuk memperebutkan bola di sisi lain. Messi acap menunggu bola yang tak kunjung menghampirinya. Messi justu mendapatkan bola saat dirinya sudah dikawal lebih dari satu pemain lawan.

Marcos Acuna, Maximiliano Meza, dan Nicolas Tagliafico, tiga pemain yang baru beberapa kali memperkuat timnas terlihat sibuk sendiri tanpa mampu menyuplai bola ke lini depan. Bahkan tak jarang ketiganya justru sibuk membereskan kesalahan yang mereka buat sendiri. Entah karena demam panggung atau kurangnya pengalaman di level internasional, ketiga pemain ini tampil di bawah standar. Jadi siapapun yang bermain menjadi penyerang Argentina, Higuain, Aguero, atau Dybala hasilnya tidak akan jauh berbeda.

Serupa dengan lini tengah, barisan pertahanan pun sibuk menutupi kesalahan mereka sendiri. Alhasil masing-masing lini seperti bermain sendiri Sampaoli sudah gagal membentuk sebuah tim dengan struktur kohesif. Sampaoli juga terkesan enggan melakukan penyesuaian di tengah laga. Saat memutuskan menurunkan Higuain, yang ditarik keluar adalah Aguero. Sampaoli menurunkan Higuain namun bentuk skema masih sama. Saat Dybala dimainkan, Argentina sudah tak lagi memiliki bentuk.

Kini yang menjadi pertanyaan terpenting adalah bisakah Argentina bangkit saat menghadapi Nigeria? Jika melihat akhir laga kontra Kroasia, rasanya sulit.