Emas PON 2016 dan Bukti Kecintaan Sungging terhadap Basket

Tak hanya membawa tim Universitas Pelita Harapan menjuarai Liga Mahasiswa (LIMA) 2019, Sungging telah melewati banyak momen suka maupun duka. Seperti pada saat PON 2016. Dia harus dihadapkan dua pilihan yaitu antara kuliah atau basket.

Padahal dirinya lulus SMA pada tahun 2015, sedangkan apabila mengambil PON Jateng harus dikarantina selama satu tahun penuh. Setelah melalui banyak pertimbangan, Sungging matang untuk menunda kuliahnya selama satu tahun dan mengikuti PON 2016.

"Sebenarnya bosen juga di situ (periode latihan menuju PON 2016). Setiap hari hanya latihan, bangun, terus nyuci dan rutin seperti itu setiap saatnya. Latihan nya juga berat kadang sehari latihan dua kali atau tiga kali," Sungging mengenang.

"Kalau sudah tinggal satu bulan, latihan rutin setiap hari dan sehari tiga kali. Untungnya hal itu terbayar lunas dan berhasil membawa Jateng peroleh emas," tambahnya.

Medali emas PON 2016 menjadi hadiah sekaligus pembuktian Sungging kepada Papa dan Mama-nya. Maklum awalnya pebasket yang pernah memerkuat tim nasional U-16 ini sempat mendapat larangan menekuni basket.

"Ketika masuk SMP (sekolah menengah pertama), Mama dan Papa sempat melarang saya bermain basket. Mereka kayaknya ingin anaknya ini mengikuti kegiatan yang lebih feminim," ujar Sungging.

“Pas dapat medali ini, di tengah banyaknya orang, saya bisa ngeliat Papa, dia senyum terus kasih acungan jempol. Di situ tidak terlupakan sekali, rasanya bangga,” tutur penggemar Mario Wuysang tersebut.

Selain basket, Sungging juga memiliki impian lain. Ia berharap bisa menjadi diplomat hebat suatu hari nanti. Demi mencapai tujuan itu, Sungging menempuh pendidikan di Universitas Pelita Harapan jurusan Hubungan Internasional. Saat ini, Sungging sudah berada di tahun terakhir.

"Ketika kali pertama tahu bagaimana pekerjaan seorang diplomat, saya tidak berpikir dua kali untuk mengambil jurusan Hubungan Internasional. Cita-cita saya ingin bisa memperkenalkan budaya Indonesia di dunia internasional suatu saat nanti," tutur Sungging.

Dewi Putri

Pandangan Terhadap profesi dan Timnas Basket Putri Indonesia

Pada kesempatan ini, Sungging turut menceritakan bahwa basket putri di Indonesia sedang naik daun. Salah satu indikasinya, dua SEA Games terakhir, timnas basket putri selalu mendapatkan medali. "Padahal kita ketahui, terakhir timnas basket putri berhasil bawa medali pada saat SEA Games 1997," cerita Sungging.

Hanya saja ketika ditanya apakah menjadi pebasket putri profesional merupakan profesi yang menjanjikan atau tidak, Sungging mengatakan bahwa hal tersebut kembali lagi kepada pribadi masing-masing.

Tetapi untuk dirinya masih belum bisa dikatakan menjanjikan apalagi dibandingkan dengan basket pria. Salah satu hal yang bisa dilihat adalah sponsor yang mendukung kompetisi basket wanita masih sangat kurang, contohnya dari Srikandi Cup.

"Srikandi Cup ini sendiri ada bukan karena Sponsor, melainkan inisiatif dari klub basket putri di Indonesia. Hal ini terjadi karena keresahan kompetisi yang sedikit untuk pebasket putri," ucap wanita yang sedang mengambil skripsi di kampus UPH, jurusan Hubungan Internasional.* (Alexander Matthew)

Video Wawancara Eksklusif BolaSkor.com dengan Dewi Putri Sungging Sari: