Tidak ada yang menyangka keduanya bisa berintegrasi cepat dalam skuat Ajax. Tidak sekedar menjadi pelapis atau penambah dari skuat yang sudah ada, Blind dan Tadic menjadi tulang punggung De Godenzonen - julukan Ajax.

"Itu langkah besar untuk diambil, tapi investasinya terbayarkan. Kombinasi bersinarnya Frenkie de Jong dan De Ligt, dua dari talenta terbesar di Eropa dan rekrutan pemain yang cerdas dan menghabiskan banyak uang, telah membangkitkan Ajax," papar Born di BBC Sport.

Blind, yang mengalami momen naik turun bersama Man United selama empat tahun (2014-2018) dan banyak menjadi pemain cadangan di sana, langsung menjadi mentor bagi bek tengah berusia 19 tahun, De Light.

Dusan Tadic

Sementara Tadic, yang mencetak 24 gol dari 162 laga bersama Southampton dalam waktu empat tahun, sudah langsung melewati torehan golnya hanya dalam 51 laga total bersama Ajax. Tadic mencetak 34 gol memberi 21 assists dengan jumlah 128 menit per golnya.

Ten Hag menempatkan Tadic sebagai false nine (penyerang semu) dengan peran bebas. Pemain asal Serbia bisa bebas bereksplorasi di lini depan, menyisir sisi sayap, tengah, hingga melakukan penetrasi ke dalam kotak penalti.

"Fans Ajax tidak terbiasa melihat klub membeli pemain-pemain dari Premier League. Mereka mengingat Tadic dari waktunya di (klub-klub Belanda) Groningen dan FC Twente dan berharap hal-hal besar. Tapi musimnya sangat hebat, lebih baik dari yang diharapkan," tutur Born.

"Premier League mungkin terlalu banyak memainkan fisik untuk mereka - tapi dia sangat cocok dengan gaya main Ajax. Mereka tim teknis yang menginginkan bola dan menerobos masuk ke pertahanan lawan dengan alur sepak bola yang cerdas," terangnya.

Peran kedua pemain senior 'buangan' Premier League itu akan kembali diuji di momen-momen krusial Ajax saat ini, menjelang akhir musim 2018-19. Ajax berada di sebuah momen saat mereka bisa jadi pemenang dengan raihan treble atau pecundang karena gagal meraih satu pun trofi.