Berikutnya, ada tesis dari mantan pelatih Inter Milan, Luciano Spalletti. Pelatih berkepala plontos tersebut membuat tesis berjudul "Sistem Permainan 3-5-2".
Sebagaimana namanya, tesis tersebut merupakan uraian yang menjelaskan mengapa 3-5-2 merupakan formasi penting dalam sepak bola modern. Pembahasan berikutnya memberikan beberapa wawasan tentang latihan yang tepat dan latihan yang digunakan untuk mengimplementasikan. Bahkan, ada bagian yang menerangkan berbagai terminologi berkaitan dengan pola.
Taktik tersebut digunakan Spalletti di AS Roma dan Zenit Saint Petersburg. Meskipun, pada akhirnya ia beralih menjadi 4-2-3-1 ketika menukangi Inter.
Di luar dua contoh di atas, ada juga tesis menarik lainnya milik Carlo Ancelotti yang terbit pada 1997. Mantan arsitek Real Madrid itu memberi judul "Masa Depan Sepak Bola: Lebih Dinamis".
Pelatih 60 tahun itu menyoroti perubahan yang akan dialami sepak bola di masa depan. Tesis tersebut dilengkapi isi grafik untuk mendukung bagaimana aktivitas di dalam dan luar lapangan yang akan mengubah permainan di masa depan.
Lalu, ada juga tesis milik Roberto Mancini pada 2011 dengan tema besar "Il Trequartista". Tesis tersebut membahas peran gelandang serang dalam pertandingan.
Kembali ke masa lalu, ada satu tesis yang terkenal soal sistem penandaan zona milik Fabio Capello. Tesis yang disusun pada 1984 itu tersedia untuk dibaca sebagai bahan inspirasi untuk pelatih di masa yang mendatang.
Selain pendidikan untuk pelatih, Universita del Calcio ini juga memberikan pelatihan pada calon wasit, direktur olahraga, dan fisioterapis. Bahkan, Coverciano juga menyediakan ruangan relaksasi.
Selain itu, di Coverciano juga terdapat lapangan tenis, kolam renang, auditorium, ruang pertemuan, perpustakaan, dan kantor kepala federasi sepak bola Italia.
Satu di antara yang paling menarik adalah Museo del Calcio (museum sepak bola). Dibuka pada 2000, Museo del Calcio terdiri dari enam ruangan. Ruangan pertama berisi dua trofi Piala Dunia yang diraih pada 1930-an, lengkap dengan jersey asli para pemain.
Ruangan kedua berisi memorabilia beberapa legenda termasuk Diego Maradona dan Pele. Sedangkan ruangan ketiga digunakan sebagai tempat memberikan informasi mengenai perkembangan sepak bola Italia.
Ruangan keempat, kelima, dan keenam merekam perjalanan Italia meraih gelar Piala Eropa 1968, Piala Dunia 1982 dan 2006. Sudah jelas, Museo del Calcio adalah tempat yang melindungi masa lalu, sambil melihat ke masa depan.
Meskipun demikian, beberapa kritik telah dilontarkan untuk Coverciano usai kegagalan Carlo Ancelotti di Bayern Munchen, Roberto Mancini di Inter, dan yang paling deras tertuju pada Gian Piero Ventura yang gagal membawa Gli Azzurri berlaga di Piala Dunia 2018.
Namun, dukungan juga tidak berhenti mengalir. Bertempat di pinggiran Firenze, dekat kaki bukit Fiesole yang indah, Coverciano memiliki sejarah kuat dalam memoles beberapa pemikir terbaik Italia.
Setelah menghasilkan pemenang Piala Dunia, Liga Champions, dan liga domestik di berbagai belahan dunia, hanya ada sedikit alasan meragukan kualitas Coverciano . Tentunya, hanya masalah waktu sebelum generasi baru pelatih Italia mencuat ke permukaan dan membawa calcio ke tingkat lebih tinggi, sekali lagi.