Dalam pertemuan dengan petinggi Liverpool, perwakilan Mourinho mengungkapkan bagaimana kliennya identik dengan Liverpool, bahwa The Reds adalah tujuan paling ideal setelah Mourinho meninggalkan Porto.

Masalahnya, saat itu Liverpool masih memberi kepercayaan kepada arsitek asal Prancis, Gerard Houllier. Menariknya, beberapa saat sebelum pertemuan, sang perwakilan Mourinho bertemu dengan Houllier untuk membicarakan tranfer pemain yang diwakilinya ke Liverpool.

Memang saat itu posisi Houllier sedang ada di bawah tekanan. Namun manajemen Liverpool belum berkeputusan untuk mengganti Houllier. Liverpool memilih tak terburu-buru dalam mengambil keputusan. Meski begitu, nama Mourinho tetap dimasukkan dalam daftar calon jika suatu saat Houllier didepak.

Baca Juga: Jurgen Klopp Respons Nyinyiran Jose Mourinho

Jose Mourinho

Dan, Mourinho pun memimpin laga Porto kontra MU di Old Trafford. Selebrasi Mourinho sontak jadi perbincangan. Rupanya kelakuan Mourinho meninggalkan kesan tak baik di petinggi Liverpool. Tingkah Mourinho dinilai tak sesuai dengan nilai klub.

Pada saat Liverpool kelihatannya tak tertarik dengan Mourinho, pihak lain masuk dalam skenario, Chelsea. Bos baru The Blues, Roman Abramovich mencari arsitek baru usai melepas Claudio Ranieri. Sang taipan ingin mencari pelatih yang bisa memenuhi ambisi besarnya. Nama Mourinho, yang sedang naik daun pun masuk dalam radar Abramovich.

Meski begitu, media Inggris masih menyebut Mourinho adalah calon manajer anyar Liverpool. "Liverpool go for Mourinho", begitu tulis Guardian pada 25 Mei 2004. "Mourinho lebih memilih Liverpool," demikian judul artikel di The Telegraph saat yang sama.

Lewat agen yang baru, Jorge Mendes, Mourinho yang merasa tak ada pergerakan dari Liverpool akhirnya mengikatkan diri dengan Chelsea.

Lalu bagaimana dengan agen pertama Mourinho yang melakukan pendekatan dengan Liverpool? Tak hanya gagal total, sang agen pun harus rela menyerahkan kliennya, Mourinho, kepada Mendes.

Baca Juga: Derby della Mole: Gengsi Kota Turin hingga Kepopuleran Indonesia di Italia

Setelah melihat apa yang terjadi di masa lalu, mencuat pertanyaan, apa jadinya jika saat itu Mourinho berlabuh di Liverpool, klub yang dikaguminya. Chelsea, Inter Milan, dan Real Madrid sukses merebut sekian banyak trofi bersama Mourinho, sedangkan Liverpool tak kunjung mengakhiri puasa juara Premier League.

Dari sisi Liverpool, kalaupun saat itu bergabung, banyak yang menilai Mourinho tak akan menghadirkan perubahan berarti. Pasalnya, kesuksesan Mourinho bersama Chelsea disebut lebih karena dukungan finansial dari Abramovich.

Sebagai pembanding, Rafael Benitez yang saat itu terpilih menggantkan Houllier, hanya mengeluarkan 19 juta pound untuk membeli pemain. Sedangkan Mourinho menghabiskan 100 juta pound. Hasilnya, Liverpool menyingkirkan Chelsea di semifinal dan menjadi kampiun Liga Champions lewat final historis di Istanbul.

Tapi, sejatinya tak akan ada yang tahu apa yang akan terjadi jika Mourinho kala itu bergabung dengan The Reds. Yang pasti, kebencian Mourinho terhadap Liverpool lahir dari rasa cinta. Memang benar adanya, beda antara benci dan cinta itu tipis, setipis kulit bawang.