Setelah lini belakang dan tengah mapan, Liverpool pun mulai mengeluarkan taringnya lewat trisula maut. Di Stadion Dragao, semua pemain Liverpool menjalankan tugas seperti yang dulu dipegang Coutinho. Aliran bola ke depan bisa datang dari Milner, Wijnaldum, Henderson, hingga Trent Alexander-Arnold dan Andy Robertson.

"Coutinho adalah seorang pemain hebat. Kepergiannya membuat semua pemain memikul tanggung jawab lebih besar untuk tampil lebih bagus. Itu merupakan tugas kami untuk memikul tanggung jawab itu," kata Roberto Firmino sebelum laga.

Dan, apa yang dikatakan Firmino menang ditunjukkan semua pemain Liverpool pada laga kontra Porto. Wijnaldum beberapa kali bergerak seperti Coutinho yang acap menghadirkan ancaman bagi Porto.

Gelandang Belanda itu terlihat nyaman karena sadar di belakangnya sudah ada Henderson yang akan melapisnya jika ada serangan balik. Tapi, Wijnaldum sendiri tak melupakan tugasnya untuk melakukan pressing jika bola berpindah ke lawan, seperti yang terjadi sebelum gol pertama Sadio Mane.

Semua pemain terlibat dalam berburu bola. Dari data yang ada, James Milner mencatat sukses merebut bola tertinggi dengan sembilan. Sedangkan Robertson, Alexander-Arnaold, Wijnaldum, dan Henderson msing-masing dengan tujuh kali merebut penguasaan bola.

Dari tiga pemain tengah yang dimainkan, Milner memang yang terlihat paling aktif, tak hanya dalam menyerang. Milner acap turun membantu Henderson memberi soliditas di sentral lapangan. Pasalnya, sesekali Henderson masih ragu dalam mengambil posisi. Situasi ini sekaligus memberi keluluasaan bagi kedua bek Liverpool untuk membantu serangan.

Yang pasti, dalam laga kali ini, Liverpool tampil nyaris sempurna meski tanpa Coutinho dan Can. Apakah ini berarti Liverpool memang tak membutuhkan sosok pemain macam Coutinho? Seperti yang diungkapkan Firmino, Coutinho adalah seorang pemain hebat. Dan, setiap tim pastinya memerlukan seorang pemain hebat.