Lakers memilih Lonzo sebagai pilihan kedua pada NBA Draft 2017. Sayang, dua musim di Staples Center pebasket 23 tahun itu gagal berkembang sehingga akhirnya masuk paket penukaran Anthony Davis ke New Orleans Pelicans.

Sementara itu, nasib LiAngelo tidak lebih baik. Ketika memutuskan masuk NBA Draft satu tahun setelah kakaknya, tidak ada tim yang memilih Gelo.

Padahal LiAngelo sempat mencoba berkarier di Lithuania bersama Prienai. Beruntung baginya, bagai bangkit dari kematian menggunakan batu milik Cadmus, Gelo mendapat kesempatan berkarier di NBA bersama Detroit Pistons.

Terakhir ada LaMelo Ball, yang memang tidak seberuntung Lonzo, tetapi bernasib lebih baik ketimbang LiAngelo. Seperti Ignotus, hype untuk Melo tidak terlalu besar.

Ayahnya menyembunyikan Melo dengan jubah tembus pandang di Australia. Hasilnya bisa ditebak, ketika kembali ke NBA LaMelo mendapat posisi yang bagus setelah Charlotte Hornets menggunakan hak pilih ketiga di draft 2020.

LaMelo Ball

Seperti pemilik jubah tembus pandang, Harry Potter, sejak kecil LaMelo sudah mendapat tanggung jawab besar. Melo merupakan atlet termuda yang memiliki sepatu signature.

LaMelo sudah mempunyai sepatu signature ketika masih berusia 16 tahun. Lewat apparel milik ayahnya, Big Baller Brand, Meli merilis sepatu itu pada 2016.

NBA 2020-2021 akan menjadi sejarah bagi si Kematian, LaVar Ball. Ketiga putranya bakal beraksi di kompetisi tersebut dalam tim yang berbeda.

Lonzo masih membela Pelicans, sedangkan LiAngelo bakal mengenakan seragam Pistons. Sementara itu, Melo bakal menjalani debutnya bersama Hornets.

Di cerita Harry Potter, akhirnya Paverell bersaudara meninggal dunia. Namun, Ignotus sebagai anak paling muda memiliki umur lebih panjang dibanding kedua kakaknya.

Patut dinanti, sejauh mana relikui bola basket yang diberikan oleh LaVar bisa membawa ketiga putranya. Baik Lonzo, LiAngelo, dan LaMelo memiliki beban membuktikan nasib Ball bersaudara lebih baik ketimbang Paverell bersaudara.