Melika juga bangga karena atlet-atlet asing yang berlaga pada Asian Para Games 2018 memiliki kesan bagus untuk Indonesia. Namun, lulusan Universitas Kristen Indonesia itu menyerukan keramahan tersebut tidak hanya berlangsung pada Asian Para Games 2018.

"Menurut saya, akses orang-orang disabilitas di Indonesia dipermudah, tidak hanya saat Asian Para Games 2018 saja. Sebelumnya, saya merasa banyak orang yang tidak peduli dengan kaum difabel," Melika mengungkapkan pendapatnya.

"Sejujurnya, di Jakarta akses untuk orang-orang disabilitas masih kurang. Misalnya, trotoar masih terlalu tinggi hingga kaum difabel kesulitan, lalu saya merasa fasilitas umum masih kurang memadai, termasuk transportasi."

"Sejauh yang saya lihat, orang-orang di mall masih kurang peka dan tidak mengutamakan kaum difabel. Contohnya, saat mau masuk lift, orang-orang tidak mengutamakan orang yang disabilitas," kata Melika menceritakan pengalamannya.

Selama menjadi relawan Asian Para Games 2018, Melika mengaku tidak memiliki banyak kesulitan. Melika hanya sempat kesulitan berkomunikasi dengan bahasa isyarat.

Melika berharap ajang seperti Asian Para Games 2018 dapat terus berlangsung di Indonesia. Pasalnya, dia menganggap kompetisi seperti itu merupakan wadah penyandang disabilitas menunjukkan kemampuan.

Bantuan dari orang-orang di balik layar seperti relawan penting untuk ajang seperti Asian Para Games 2018. Tanpa kehadiran orang-orang di balik layar, belum tentu kompetisi sebesar itu bisa berlangsung lancar.

Sementara itu, bagi para relawan, terdapat pelajaran yang bisa dipetik dari ajang semacam Asian Para Games 2018. Melika Thalia Ruth merupakan contoh orang yang mendapatkan pelajaran dari Asian Para Games 2018.