Dalam tulisannya di Football.London, James Benge, menilai kepergian Gazidis sebagai kunci perebutan kekuasaan di antara Mislintat dan Sanllehi, orang Jerman kontra Spanyol, dan Mislintat mengalah dengan cara pergi dari klub.

"Apa yang dibutuhkan (Arsenal) adalah pemimpin yang dapat mempersatukan staf di dalam pertemuan. Pria itu Gazidis dan dia telah pergi," ucap James.

"Tidak ada CEO baru yang datang menggantikannya, lalu dua pemimpin, Sanllehi, sekarang memimpin segala permasalahan sepak bola dan menjadi bos Mislintat, dan Vinai Venkatesham, yang akan melihat sisi komersial Arsenal."

Dua kepala dengan dua 'isi' yang berbeda. Wajar jika Mislintat ingin pergi karena ia tidak mau diintervensi dalam melakukan pekerjaannya. Konon katanya, Bayern Munchen masih tertarik kepadanya.

Sven Mislintat
Sven Mislintat, Si Mata Berlian

Dua contoh intervensi itu bisa dilihat dari spekulasi transfer belakangan ini. Mislintat tidak menyarankan Arsenal mendatangkan Denis Suarez, yang notabene keinginan Sanllehi dan Emery.

Lalu contoh kedua keinginan Sanllehi agar Arsenal memboyong Cristian Pavon dari Boca Juniors, sementara Mislintat mengincar Nicolas Pepe dari Lille.

Terlihat sepele, tetapi pekerjaan Mislintat seolah percuma jika setiap keputusannya diabaikan atau diintervensi. Padahal dalam kurun waktu 13 bulan terakhir, warisannya cukup bagus.

Baca Juga : Jawaban Tegas Dari Agen Mesut Ozil soal Spekulasi Hengkang dari Arsenal

Konstantinos Mavropanos, Matteo Guendouzi, dan Lucas Torreira jadi aset untuk masa depan Arsenal. Sementara pemain seperti Henrikh Mkhitaryan, Stephan Lichtsteiner, dan Sokratis Papastathopoulos, bisa menambah kualitas serta kedalaman skuat Arsenal.

Polemik internal Arsenal ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Tanpa Wenger dan Gazidis, Kroenke seharusnya turun tangan langsung untuk menyelesaikan masalah itu.

Arsenal bisa terancam tidak bermain lagi di Liga Champions - dan kehilangan pemasukan besar - jika 'api kecil' itu dibiarkan membesar.