Pemecatan Unai Emery

Pemecatan Unai Emery
Unai Emery

Semusim melatih Arsenal dan memasuki musim keduanya menangani klub, Unai Emery sudah merasakan palu pemecatan. Hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya selama 22 tahun Arsenal ditangani Arsene Wenger.

Petinggi klub sudah cukup melihat kinerja Emery setelah ia gagal membangkitkan tim yang melalui tujuh laga beruntun tanpa pernah menang di seluruh kompetisi.

"Seperti halnya seluruh fans kami dan suporter di seluruh dunia, kami khawatir mengenai performa kami belakangan ini. Kami ingin mendukung Unai dan stafnya hingga kami memutuskan ini waktunya berubah," terang Josh Kroenke, Direktur Arsenal, di AS.

"Sayangnya, kami mencapai keputusan itu (memecat Emery) dari diskusi selama beberapa pekan terakhir di grup dengan saya, Raul (Sanllehi, Kepala Sepak Bola), Vinai (Venkatesham, Ketua Komersil), dan Edu (Direktur Teknik)."

"Paling pertama, Unai pria yang baik, seseorang yang sangat kami hargai. Etos kerjanya setiap hari di antaranya dan staf kepelatihan sangat fantastis."

"Sayangnya, kami mulai menjauh dari beberapa target yang dicanangkan. Kami masih merasa dapat mencapai target-target itu musim ini, itulah mengapa kami memutuskan untuk melakukan perubahan sekarang," tutur Kroenke.

Klub kemudian menunjuk Freddie Ljungberg sebagai manajer interim. Sama seperti Solskjaer, Ljungberg dianggap punya DNA klub, berstatus legenda, dan ada kans ia diangkat jadi manajer permanen jika kinerjanya bagus.

Dari situ saja sudah bisa dilihat Arsenal menapaki jejak Man United. Pemecatan Emery bisa jadi awal dari Arsenal menjadi klub seperti Man United dan Chelsea: hobi gonta-ganti pelatih.

Sama seperti Man United, di momen Arsenal berpisah dengan Wenger pada 2018, maka di saat itu juga dinasti pelatih asal Prancis itu perlahan runtuh. Pondasi dan filosofi yang ditanamkannya tetap ada, tapi jangan berharap Arsenal akan sama lagi seperti di masa lalu.

Arsene Wenger
Arsene Wenger

Sulit melihat Arsenal memiliki pemain-pemain sekaliber Thierry Henry, Patrick Vieira, Ashley Cole, Robert Pires, Ljungberg, dan Denis Bergkamp. Kepergian Wenger sekaligus mengakhiri sirkulasi manajer atau pelatih yang dapat bertahan lama di era modern ini di satu klub yang sama.

“20 tahun di satu klub? Saya pikir itu tak mungkin terjadi. Hidup modern, teknologi baru, media sosial – saya pikir segalanya punya pengaruh, bahkan mentalitas orang-orang, hubungan lebih cepat, mudah lelah, begitu banyak hal yang berubah,” tutur Jose Mourinho, manajer Tottenham Hotspur.

Arsene Wenger dan Sir Alex Ferguson
Arsene Wenger dan Sir Alex Ferguson menutup era manajer atau pelatih bertahan lama di satu klub

“Tidak (hanya) sepak bola, tapi (hal-hal ini) mengubah dunia dan persepsi akan sesuatu, bahwa saya berpikir Wenger merupakan ‘orang atau satu’ yang terakhir. Ini hal buruk bagi kami.”

“Kami harus beradaptasi dan kami harus coba membuktikan bahwa kami adalah sosok yang pantas untuk pekerjaan itu (manajer). Kami harus bertarung untuk pekerjan kami setiap harinya,” lanjut Mourinho.

Dunia berubah. Begitu pula Manchester United dan Arsenal. Fans, entah mereka yang sudah lama mengikuti tim atau belum lama, harus bisa menerima realitas sulit dan bersabar di masa transisi yang entah sampai kapan berakhir (tidak ada yang tahu masa depan).