KurniawanKurniawan Dwi Yulianto saat bertugas di Como 1907. (Instagram/kurniawanqana)

Lebih lanjut, Zuchli menuturkan pihaknya memaklumi kekecewaan yang dirasakan para pendukung PSPS.

APSSI pun menyadari bahwa posisi pelatih seperti menduduki kursi panas yang kapan saja bisa terbakar, bahkan berisiko menghadapi tekanan maupun ancaman.

“Namun dalam kontek ini, kami melihatnya jauh lebih luas dari sekadar tuntutan mundur kepada pelatih karena kekecewaan akan hasil yang didapat. Ada preseden buruk, juga potensi hilangnya respek, kehormatan dan perlindungan profesi terhadap pelatih sepak bola, yang bisa saja akan terjadi di tempat-tempat lain,” jelas Zuchli.

“Oleh karena itu, APSSI mengimbau kepada seluruh stakeholder sepak bola, termasuk suporter untuk saling menghormati dan menghargai, serta melakukan upaya konstruktif, sehat dan sesuai mekanisme terhadap segala sesuatu yang tidak berkesesuaian.”

“Adapun jika ditemukan tindakan-tindakan yang sudah mengarah kepada anarkis disertai ancaman, teror, intimidasi verbal maupun fisik, maka APSSI akan sepenuhnya membela dan melindungi anggota, serta akan melaporkan pihak-pihak dimaksud kepada aparat hukum untuk diproses sesuai hukum dan undang-undang yang berlaku,” pungkasnya.