Pisau Bermata Dua Pragmatisme Prancis

"Laga nanti akan jadi ujian pertama sesungguhnya bagi Prancis, yang belum memperlihatkan permainan terbaik mereka di Piala Dunia," ucap Adrien Gingold, koresponden Prancis untuk FIFA di Piala Dunia.

Seru tentunya melihat para talenta muda dan berenerjik Prancis melawan pemain-pemain berpengalaman tim asuhan Jorge Sampaoli. Tapi, semuanya bergantung dengan filosofi yang nantinya akan dimainkan Deschamps, bukan Sampaoli. Mengapa demikian?

Alasannya sederhana, Sampaoli disinyalir akan berusaha menjaga momentum bermain timnya dengan tetap mengandalkan taktik 4-4-2, dengan skuat yang sama seperti saat menang 2-1 melawan Nigeria. Dalam skema itu, Argentina lebih menjanjikan ketika menguasai penguasaan bola dan menyerang.

Akan tetapi, permainan Argentina memiliki celah di lini belakang dengan barisan bek-bek yang cenderung mudah panik ketika bola dari lawan masuk ke daerah pertahanan mereka. Lini belakang seringkali langsung dihadapkan pada situasi duel langsung menghadapi serangan lawan, karena kurangnya proteksi dari gelandang bertahan - dalam hal ini, Javier Mascherano.

Statistik dari Whoscored menunjukkan bahwa Argentina menderita tendangan sebanyak 10,3 dari lawan. Ini artinya, bek-bek sering 'dibiarkan' menghadapi serangan langsung dari lawan, hingga mereka bisa melepaskan tendangan dan memaksa pemain Argentina untuk melakukan blocking bola.

Celah Argentina itulah yang dapat dimanfaatkan Prancis dengan kelincahan pemain-pemain ofensif mereka seperti Kylian Mbappe, Ousmane Dembele, dan Griezmann. Andai Deschamps memang memilih mengandalkan serangan balik saat melawan Argentina, maka permainan itu bisa menjadi keuntungan untuk Prancis.

Kala Argentina tengah asyik menyerang, lalu bola berhasil direbut pemain Prancis, maka mereka bisa langsung melakukan serangan balik cepat memanfaatkan ruang di antara gelandang dan lini belakang Argentina. Inilah sisi positif pragmatisme Prancis.

Namun dari sisi berbeda, permainan defensif itu bisa memancing Argentina untuk terus menyerang, hingga lini belakang dan komando dari kapten sekaligus kiper Prancis, Hugo Lloris, akan sangat diuji untuk membendungnya.

Tentu saja tidak akan mudah membendung lini serang berkualitas Argentina. Dipimpin oleh Lionel Messi, Argentina masih memiliki pemain seperti Gonzalo Higuain, Sergio Aguero, Paulo Dybala, Angel Di Maria, dan Cristian Pavon di lini depan.

Kroasia mampu meraih kemenangan telak 3-0 atas Argentina karena dua hal: Argentina masih belum menemukan formasi yang pas dan Kroasia bermain sangat kolektif. Jadi, pilih yang mana, Deschamps? Memperkuat lini bertahan dan mengandalkan serangan balik, atau meladeni permainan ofensif Argentina.