Zonal Marking atau High Pressing, Man United?

Bermain dengan sistem high pressing sebenarnya lebih ampuh untuk menghadapi lawan dengan tipe bermain seperti Man City. Namun, tidak semua tim piawai memainkannya. Sejauh ini, baru Liverpool dan Man City yang memainkan pressing dengan hitungan yang sistematis, serta rapih.

Man United seringkali lebih sering mengombinasikan pressing dengan zonal marking. Pressing itu biasanya dilakukan pemain di lini depan. Sedangkan ketika lawan mampu melewati garis tengah permainan, dua pivot (gelandang jangkar) biasanya bergerak di area antara sepertiga pertahanan dan lini tengah. Mereka akan meng-cover bek-bek Man United dengan sistem zonal marking.

Gaya bermain itu lah yang membuat Man United bermain dengan strategi parkir bus atau super defensif. Tetapi di satu sisi berbeda, permainan seperti itu bisa memancing lawan untuk semakin agresif menyerang. Inilah risikonya.

High pressing yang diterapkan Liverpool di Anfield melawan Man City, bisa juga dimainkan Man United, dengan partisipasi lini depan untuk membantu melakukannya. Romelu Lukaku, Alexis Sanchez, dan Jesse Lingard bisa diandalkan untuk melakukannya, serta sesegera mungkin melakukan serangan balik ketika menguasai bola.

Fernandinho atau Ilkay Gundogan, dua gelandang tengah yang biasa menjadi metronom atau otak permainan Man City di lini kedua, bisa dibuat tidak nyaman dengan pressing tersebut. Lini kedua inilah yang akan jadi kunci permainan Derby Manchester. Siapa yang dapat memenangi duel perebutan bola lebih banyak -tentunya lebih memiliki tekad kuat- dapat memenangi laga.