AC Milan

Elliott mulai memperbaiki Milan dengan merombak jajaran petinggi. Ivan Gazidis ditunjuk sebagai CEO, sedangkan Zvonimir Boban, Paolo Maldini, dan Frederic Massara mendapatkan menjadi direktur klub.

Berbeda dengan Li, Milan pada era Elliott Manajemen terlihat lebih mengencangkan ikat pinggang. Rossoneri hanya mendatangkan pemain kelas dua seperti Rafael Leao, Theo Hernandez, Ismael Bennacer, Leo Duarte, dan Rade Krunic.

Hanya Zlatan Ibrahimovic yang merupakan pemain dengan label bintang. Meskipun, Ibra datang ketika telah menginjak usia 38 tahun. Selain itu, eks Barcelona itu juga datang dengan status gratis.

AC Milan juga bertindak cepat ketika hasil tidak seusai keinginan. Marco Giampaolo yang baru mendapatkan kesempatan seumur jagung langsung didepak dan digantikan Stefano Pioli.

Sayangnya, kembali badai menghantam AC Milan. UEFA menyatakan Rossoneri bersalah atas kasus pelanggaran Financial Fair Play. Oleh karena itu, Milan tidak bisa berlaga di kompetisi Eropa pada musim ini.

Seolah belum cukup, awan hitam bertambah tebal dengan adanya kisruh di tingkat manajemen. Boban, Maldini, dan Massara dituding sebagai otak di balik masalah. Sebab, ketiga sosok itu tak memiliki kepercayaan kepada Elliott.

Kabar teranyar mengatakan, Elliott telah memerintahkan Gazidis untuk mendepak tiga sosok tersebut. Revolusi jilid tiga pun terjadi.

Gazidis sudah mempersiapkan beberapa nama sebagai pengganti. Ralf Rangnick dikabarkan akan menjadi pelatih anyar. Sementara itu, pria asal Jerman yang juga merupakan tangan kanan Gazidis, Hendrik Almstadt, akan menjadi otak di balik bursa transfer Milan.

Sementara itu, tanggung jawab lebih besar juga akan diberikan kepada Geoffrey Moncada. Kepala tim pemandu bakat Milan saat ini itu akan lebih banyak mendapatkan kesempatan bersuara.

Hanya dalam waktu yang singkat, AC Milan telah melakukan banyak bongkar pasang dari sisi pemain dan manajemen - sesuatu yang sering disebut revolusi. Namun, sayangnya Rossoneri masih gigit jari hingga saat ini.