Lahir di Greenwich, Eze mengasah kemampuannya dengan bermain sepak bola di lapangan berpagar tempat ia tumbuh.
Bermain dengan menghindari parkiran mobil dan juga anjing, di sanalah Eze mengembangkan talentanya.
Bukan kacang yang lupa kulitnya, Eze menyumbangkan sepatu untuk kampung halamannya tersebut.
"Itulah rumah. Di sanalah saya dibesarkan, dan di sanalah saya tumbuh menjadi seorang pria dewasa," papar Eze.
"Saya telah melihat begitu banyak hal dan belajar banyak hal selama ini, dan saya beruntung telah tinggal di tempat yang telah membantu membentuk saya menjadi diri saya yang sekarang."
2. Akademi Arsenal
Keluarga merupakan fans Arsenal dan Eze fans klub sejak kecil, bergabung dengan akademi Arsenal hingga usia 13 tahun.
Sempat menjalani masa uji coba di Bristol City dan Sunderland, Eze juga memperkuat Fulham dan Millwall.
Eze tak menonjol di akademi Arsenal tapi melalui kerja keras dan keyakinan, takdir membawanya kembali ke Arsenal.
"Kepercayaan dan keyakinan saya kepada Tuhan dan karunia yang telah Engkau berikan kepada saya, saya biarkan itu menjadi bahan bakar dan penyemangat saya, yang penting," ucap Eze.
"Bukan berarti tidak sulit. Melewati masa-masa itu pun masih sulit. Saya ingat berpikir, 'Mengapa ini begitu sulit?' Tapi kecintaan saya pada sepak bola tidak pernah berubah."
3. Menjadi Pemain Profesional di QPR