1. Iker Casillas

25 tahun membela Madrid, Iker Casillas seharusnya pergi -atau bahkan seharusnya tidak pergi- dengan perpisahan yang sewajarnya. Namun yang terjadi justru sebaliknya. El Real dengan "kejam" membiarkan Casillas pergi tanpa perpisahan yang pantas, laga testimonial, atau hal semacam itu.

Casillas yang pernah dijuluki Saint Iker hanya melakukan perpisahan sendirian di dalam ruangan. Tanpa didampingi petinggi klub atau Florentino Perez, Presiden Madrid. Bahkan, rekan setimnya tengah bertolak ke Australia pada Juli 2015 untuk melakoni tur pramusim. Tangisan pun keluar dari matanya ketika ia mengeluarkan unek-unek kepada awak media. Dalam pikirannya, barangkali Casillas berpikir 'Beginikah sikap klub kepada saya selama 25 tahun mendedikasikan diri'.

Casillas pindah ke Porto kala itu dan masih di sana sampai saat ini. Menurunnya performa Casillas tidak lepas dari andil Jose Mourinho, ya, Mourinho. Di musim sebelumnya, The Special One banyak mencadangkannya dan memainkan Diego Lopez, mengubah kasih sayang fans menjadi publik yang menyiuli Casillas. Benar-benar cara yang menyedihkan bagi alumni Real Madrid Castilla, yang sukses menembus tim utama dan meraih tiga titel Liga Champions, diperlakukan seperti itu ketika berpisah.

Lanjut Baca lagi