Son bergabung dengan Tottenham pada 2015 dari Bayer Leverkusen di usia 23 tahun, datang sebagai talenta menjanjikan yang nyaris tidak bisa berbahasa Inggris.
Selama sepuluh tahun berikutnya, dia berkembang menjadi salah satu penyerang paling mematikan di Premier League dan kapten Spurs yang disegani.
"Saya datang ke London utara saat masih kecil, seorang anak laki-laki yang tidak bisa berbahasa Inggris. Saya meninggalkan klub ini sebagai pria dewasa, seorang pria yang sangat bangga."
Son memainkan peran kunci saat Tottenham kembali meraih trofi yang telah lama dinantikan ketika menjuarai Liga Europa musim lalu, trofi pertama klub dalam 17 tahun.
Pencapaian monumental ini menutup satu dekade yang penuh dengan momen-momen sulit.
Son menjadi kapten Spurs ke-13 yang pernah mengangkat trofi untuk klub.
Sepanjang kariernya di Tottenham, Son mencatatkan 454 penampilan di semua kompetisi, menempatkannya di peringkat ketujuh dalam daftar penampilan terbanyak sepanjang masa klub.
Dia mencetak 173 gol, tertinggi kelima dalam sejarah klub, dengan 127 gol di Premier League.
Kemampuan mencetak gol dan konsistensinya membantu membentuk identitas menyerang Spurs selama bertahun-tahun, bersama mantan rekan setimnya, Harry Kane.
Keunggulan Son membuatnya mendapatkan penghargaan individu yang luar biasa, termasuk memenangkan Sepatu Emas Premier League untuk musim 2021-2022 setelah mencetak 23 gol.
Son mendapatkan penghargaan Puskas, penghargaan pencetak gol terbaik, pada 2020, lewat gol solo run ke gawang Burnley.
Son Heung Min memegang reor sebagai pemain Asia dengan jumlah gol terbanyak di Premier League. Ia menorehkan 127 gol dan unggul jauh atas Hwang Hee Chan yang ada di posisi kedua dengan 22 gol.