1. Terlalu Banyak Permasalahan Internal

Bom waktu itu akhirnya meledak. Man United menjadi 'arena bertarung' dua figur dengan ego yang besar: Jose Mourinho dan Paul Pogba. Mourinho terus menyindirnya di depan media, Pogba pun sama saja.

Fans Man United terpecah belah karenanya: ada yang mendukung Mourinho, ada yang membela Pogba, dan yang bingung tidak ingin berpihak menyalah Ed Woodward, Executive Vice-Chairman Man United. Sederhana.

Virus jika didiamkan akan terus menyebar dan mengganggu sistem lainnya. Begitu juga ketegangan antara Pogba dan Mourinho. Jika klub tidak bersikap tegas, jangan harap musim ini Man United bisa meraih trofi dan parahnya lagi ... keluar dari empat besar Premier League (zona Liga Champions).

Permasalahan keduanya sebenarnya sepele, soal posisi bermain yang sempat ramai dibahas musim lalu. Mourinho sedianya sudah mengakomodasikan Pogba agar ia bisa tampil maksimal seperti di timnas Prancis, dengan menerapkan taktik 4-3-3.

Akan tapi sang pemain masih saja bermain seperti yang pernah dikatakan Paul Scholes (legenda Man United), inkonsisten. Pogba boleh banyak berbicara kepada publik jika ia sudah tampil di level Kevin De Bruyne atau Luka Modric. Apakah Pogba sudah mencapai level tersebut? Biar publik dan statistik yang membuktikan.

Alih-alih 'berbicara' ketika bertanding, Pogba malah sering melakukan kesalahan, blunder yang mengawali serangan balik lawan dan tidak banyak memenangi duel perebutan bola dengan lawan.

Entah disengaja atau tidak agar ia cepat hengkang ke klub lain, satu hal yang pasti adalah permasalahan internal benar ada di Man United. Semakin terbukti ketika Mourinho mencabut ban kapten Pogba karena komentarnya kepada media yang menyindir sang manajer.

Lanjut Baca lagi