Uston Nawawi soal Pemain Naturalisasi yang Biasa Saja dan Pembinaan Usia Muda


BolaSkor.com - Legenda Persebaya Surabaya Uston Nawawi menyebut kualitas pemain naturalisasi masih biasa-biasa saja. Kehadiran Cristian Gonzales dan kawan-kawan belum membawa pengaruh besar pada prestasi Indonesia di kancah Asia Tenggara maupun Asia.
Indonesia banjir pemain naturalisasi sejak 2010 lalu. Gonzales menjadi pemain pertama yang membela Timnas saat ajang Piala AFF 2010. Kala itu Indonesia takluk dengan agregat 2-4 dari Malaysia.
Dua tahun kemudian, saat terjadi dualisme kompetisi, Indonesia turun dengan pemain naturalisasi, seperti Raphael Maitimo, Tonny Cusell dan Jhonny Van Beukering. Indonesia malah gagal melewati fase grup.
Kondisi tak berbeda terjadi pada Piala AFF 2014, Indonesia hanya meraih sekali kemenangan dan sekali hasil seri hingga gagal lolos fase grup. Sementara pada 2016, Indonesia yang diperkuat Stefano Lilipaly sukses masuk final. Sayangnya Indonesia harus mengakui keunggulan Thailand dengaj agregat 2-3.
Uston melihat pemain naturalisasi yang diharapkan bisa menaikkan pamor Indonesia justru biasa-biasa saja. Victor Igbonefo, Diego Michiels, Ruben Wuarbanaran, Bio Paulin Pierre, Greg Nwokolo, Herman Dzumafo Epandi, Tonnie Cusell, Kim Jefri kurniawan, Raphael Maitimo dan sederet nama lain menjadi contoh bila naturalisasi tak sepenuhnya membawa keuntungan untuk Timnas Indonesia.
"Saya pikir dari semua pemain yang dinaturalisasi, belum ada yang mencolok. Masih sama saja. Harusnya kalau mempertimbangkan naturalisasi ya yang kualitasnya jauh di atas pemain lokal. Ini sama saja. AFF masih runner-up. Ranking Indonesia apa ada kenaikan?" terang Uston kepada Bolaskor.com, Rabu (21/3).
Dia justru melihat masa depan Indonesia ada di kompetisi usia muda. Digelarnya Piala Soeratin U-15, U-17 dan Liga 1 U-19 membawa dampak positif pada regenerasi pemain. Uston berharap kedepan Indonesia akan memperbanyak kompetisi usia muda, bukan turnamen jangka pendek.
"Melalui kompetisi usia muda pemain potensial lebih terasah. Bila itu dibenahi, hasilnya lebih nyata ketimbang naturalisasi pemain asing. Efek positifnya bisa jangka panjang," tuturnya.
Namun begitu, pembinaan usia muda juga wajib ditunjang lapangan berkualitas. Menurut pelatih PSIR Rembang ini, di Indonesia lapangan berkualitas masih sangat kurang. Hal itu menyulitkan tim pelatih dalam penerapan filosofi sepak bola ala Indonesia sejak dini.
Bila dua unsur itu dibenahi, bukan tidak mungkin Indonesia bisa kembali berjaya. Paling tidak Indonesia tak tertinggal jauh dari Thailand maupun Vietnam yang baru saja menembus partai final Piala Asia U-23 2018. Dalam ajang itu peforma menjanjikan juga ditunjukkan Thailand dan Malaysia.
"Kami memang terbilang terlambat dari Thailand atau Vietnam. Tapi tidak ada salahnya jika dimulai sekarang, dari pada tidak sama sekali," pungkas pelatih berlisensi B AFC ini. (Laporan Kontributor Al Khairan Ramadhan/Solo)
Frengky Aruan
15.464
Berita Terkait
Mendapat Dukungan dari Bos Manchester United, Begini Respons Ruben Amorim

Bojan Hodak Berikan Catatan Usai Persib Gasak PSBS 3-0

5 Kemenangan Paling Mengesankan Arsenal di Markas Fulham

Louis van Gaal Akan Umumkan Berita Besar pada Hari Senin, Jadi Pelatih Timnas Indonesia Pengganti Kluivert?
Prediksi dan Statistik Fulham vs Arsenal: Ujian di Craven Cottage

Prediksi dan Statistik Nottingham Forest vs Chelsea: The Blues Lanjutkan Tren

Kaesang Pangarep Tetap Jadi Owner Persis Solo, Keponakan Jokowi Masuk Dewan Komisaris

Hasil Super League 2025/2026: Persib Bandung Menang Telak atas PSBS di Maguwoharjo

Resmi Dikukuhkan dan Dilepas untuk Asian Youth Games dan Islamic Solidarity Games 2025, Tim Indonesia Siap Bertarung
