Terlalu Kolot, Honda Dapat Sindiran Pedas


BolaSkor.com - Stafan Bradl mengkritik metode kolot yang digunakan Honda. Menurut pembalap pengganti Marc Marquez ini, Honda tidak dapat mengambil keputusan berani seperti pabrikan Eropa.
MotoGP paruh kedua tak kurang dari satu minggu lagi. Tercatat GP Inggris akan digelar pada 7 Agustus mendatang di Sirkuit Silverstone.
Beberapa nama besar seperti Fabio Quartararo, Aleix Espargaro, Johann Zarco, dan Francesco Bagnaia akan kembali mewarnai persaingan nanti. Sayangnya, Honda sebagai salah satu tim papan atas tidak dapat bergabung dengan persaingan tersebut.
Sejak absennya Marc Marquez, Honda seolah kehilangan kendali. Terbukti saat ini Honda jatuh tersungkur ke posisi paling belakang di klasemen konstruksi. Tercatat tim berlambang sayap tersebut hanya mampu mengoleksi total 85 poin.
Kondisi ini berbanding terbalik dengan kompetitornya. Saat ini Ducati berhasil mengoleksi total 246 poin konstruksi, diikuti kemudian dengan Yamaha 172 poin, dan Aprilia 155 poin.
Berkaca dari hal ini, Bradl menilai kegagalan Honda bukan saja karena kehilangan sosok pemimpin seperti Marquez. Menurut pembalap asal Jerman ini, Honda menjadi terpuruk karena metode kolot yang terus dilakukannya.
Baca Juga:
“Tidak mudah bagi pabrikan Jepang untuk berkembang dengan cepat dan bereaksi sesuai kebutuhan yang baru. Bagi orang-orang Jepang, prioritas tertinggi adalah tidak membawa sesuatu yang belum di tes dengan cukup,” kata Bradl, dikutip dari gpone.com.
“Hal ini tidak boleh terjadi. Dari sudut pandang ini, Jepang terlihat lebih kolot. Mereka tidak senekat Ducati, Aprilia, dan KTM. Mereka tidak berani melakukan perubahan besar,” tambahnya.
Tidak hanya itu saja, Bradl juga menyoroti permasalahan komunikasi di Honda. Menurut pembalap berusia 32 tahun ini, perbedaan pemahaman bahasa kerap kali menyulitkan komunikasi antara pembalap dan pabrikan.
“Saya harus katakan, pabrikan Eropa memiliki keuntungan besar karena bisa berkomunikasi dengan pembalap menggunakan bahasa lokal mereka. Teknisi Ducati dan Aprilia bisa berbicara bahasa Italia dengan pembalap. Ini merupakan keuntungan sangat besar karena miskomunikasi jarang terjadi,” tutur Bradl.
“Berbicara dengan orang-orang Jepang tidak mudah. Tidak mudah juga bagi pembalap untuk mengutarakan feeling-nya dengan bahasa asing. Semua pembalap Spanyol Ducati dan Aprilia bisa berbicara bahasa Italia dengan sempurna. Namun keadaan berbeda saat Honda meraih gelar sebanyak enam kali selama tujuh musim bersama Marquez. Mereka tidak butuh komunikasi sebagai alasan,” tutupnya.
Penulis: Bintang Rahmat
Andhika Putra
8.253
Berita Terkait
Dony Tri Pamungkas Selamatkan Timnas Indonesia U-22 dari Kekalahan di Laga Kedua Kontra India

Delapan Atlet Wakil Indonesia di 53rd FIG Artistic Gymnastics World Championships 2025

Patrick Kluivert Tak Datang ke Suporter Usai Kalah dari Irak, Dinilai Tidak Ada Nilai Respek

Tutup Kolom Komentar Instagram, Patrick Kluivert Minta Maaf Usai Timnas Indonesia Gagal ke Piala Dunia 2026

Pecat Patrick Kluivert hingga Dikalahkan Timnas Indonesia, Curacao Kini di Ambang Lolos Piala Dunia 2026

Gagal ke Piala Dunia 2026, Ruang Ganti Timnas Indonesia Memanas?

Persipura Resmi Tunjuk Rahmad Darmawan sebagai Pelatih

Rapat Exco PSSI Bakal Tentukan Nasib Patrick Kluivert

Timnas Indonesia Gagal ke Piala Dunia 2026, Patrick Kluivert dkk Pulang Langsung ke Belanda

Legawa Timnas Indonesia Gagal ke Piala Dunia 2026, Jay Idzes: Mungkin Belum Waktunya
