Southgate Tak Paksa Pemain Timnas Inggris Ikuti Aksi Berlutut
BolaSkor.com - Timnas Inggris akan menjamu San Marino pada laga perdana grup I babak kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Eropa di Stadion Wembley, Jumat (26/3) pukul 02.45 WIB. Polemik aksi berlutut sebelum pertandingan mewarnai pertandingan ini.
Gestur berlutut sebelum pertandingan memang menjadi sebuah ritual wajib dilakukan di Inggris selama hampir satu tahun terakhir. Aksi ini merupakan bagian kampanye aksi rasisme.
Belakangan, aksi ini dianggap tak efektif. Banyaknya pesepak bola yang masih mengalami serangan rasial di media sosial menjadi alasan utamanya.
Baca Juga:
Kembali Dipanggil Timnas Inggris, Jesse Lingard Hanya Beruntung
4 Pemain Muda Man United yang Pernah Disekolahkan ke Leicester
Lingard Bisa Jadi 'Senjata' MU untuk Rekrut Gelandang West Ham
Wilfried Zaha menjadi pemain Premier League pertama yang menolak melakukan aksi berlutut baru-baru ini. Ia melakukan hal itu jelang laga Crystal Palace kontra West Bromwich Albion, 13 Maret silam.
"Keputusan saya untuk berdiri saat kick-off telah diketahui oleh publik selama beberapa minggu belakangan. Tidak ada keputusan yang benar atau salah, tetapi saya merasa berlutut hanya menjadi bagian dari rutinitas pra-pertandingan," kata Zaha saat itu.
Aksi Zaha kemudian diikuti sejumlah pemain yang berlaga di Liga Skotlandia, akhir pekan lalu. Bukan tidak mungkin gelombang penolakan akan kian bertambah.
Pelatih timnas Inggris, Gareth Southgate tak mau terjebak dengan polemik ini. Ia meminta anak-anak asuhnya untuk berdiskusi dan menentukan sikap yang mewakili satu tim.
"Saya telah berbicara dengan para pemimpin di tim ini tadi malam dan saya telah meminta mereka untuk berbicara dengan pemain lain. Saya pikir itu adalah proses yang baik untuk mendengar pandangan satu sama lain terlebih dahulu," kata Southgate pada sesi jumpa pers jelang laga.
"Yang terpenting adalah bagian dari cara kita mendidik diri kita sendiri dalam semua masalah dan masalah yang berbeda ini."
Southgate menilai kasus rasisme ini sangat sensitif. Apalagi di skuatnya ada sejumlah pemain berkulit hitam yang juga pernah menjadi korban serangan rasial.
Namun secara pribadi, ia berharap semua pemainnya mau melakukan aksi berlutut. Hal itu dianggapnya menjadi bentuk perlawanan terhadap rasisme yang saat ini paling realistis dilakukan pesepak bola.
"Perdebatan tentang apakah kita harus berlutut atau tidak, atau keluar dari lapangan sangat rumit. Masalah intinya adalah rasisme dan diskriminasi, protes membantu meletakkan percakapan itu di atas meja," pungkasnya.
6.514
Berita Terkait
Aziz Calim Cari Penantang Sepadan di Prime Kumite Championship 3
Futsal SEA Games 2025: Timnas Putri Raih Perak, Tim Putra Jaga Asa Medali Emas
Mauro Icardi Akan Tinggalkan Galatasaray, AC Milan Jadi Salah Satu Tujuan
Klasemen Perolehan Medali SEA Games 2025, Kamis (18/12): Tim Indonesia Capai Target 80 Medali Emas
Jordi Amat Komentari Rumor John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia
Napoli vs AC Milan: Kapten Partenopei Pantang Menang Adu Penalti
SEA Games 2025: Kabaddi Bawa Tim Indonesia Capai Target 80 Medali Emas
SEA Games 2025: Medali Emas dalam Jangkauan, Timnas Voli Putra Indonesia Melaju ke Final
SEA Games 2025: Dea Salsabila Putri Sumbang Medali Emas Pertama Modern Pentathlon
Newcastle United Tidak Sabar Tantang Manchester City di Semifinal Piala Liga Inggris